A.
Pendahuluan:
Pembahasan masalah akuisisi dan aliansi dari tahun
ketahun makin menjadi tren bisnis. Hal yang ditekankan dalam jurnal penelitian
ini berkaitan dengan chapter yang dibahas adalah perlunya memperhatikan unsur
pengetahuan (knowledge based) bagi perusahaan yang akan mengakuisisi maupun
yang akan diakusisi. Perangkat pengetahuan itu secara nyata melekat pada
perusahaan (khususnya perusahaan yang akan diakuisisi). Dalam jurnal yang
dibahas sedikit lebih maju, menyadari adanya seperangkat pengetahuan knowledge
intensity (merupakan gabungan dari
pengetahuan modal manusia terhadap lingkungannya) khususnya ,mengenal
karakteristik pasar yang ada. Perusahaan yang mengakuisisi akan memperoleh
keuntungan terhadap perusahaan yang diakusisinya yaitu seperangkat pengetahuan
tentang pasar (khususnya keberadaan pasar yang baru). Menurut penulis
(walaupuan dalam jurnal ini sendiri tidak menyebutkan tentang knowledeg
management); Ini sejalan dengan konsep knowledge management (manajemen berbasis
pengetahuan) yang kini menjadi paradigma baru dalam bidang manajemen. Dimana
pengelolaan pengetahuan dalam organisasi telah menjadi perhatian utama bagi
manajemen dalam meningkatkan daya saing. Bahwa keunggulan perusahaan tidak lagi
selamanya berbasis sumber daya finansial, bangunan, tanah, teknologi, posisi
pasar dan asset-asset tangibel lainnya, tetapi faktor penting adalah intangible
dalam hal ini adalah asset pengetahuan. Konsep knowledge management merupakan
seperankat konsep dimana mengatur tentang bagaimana mengelola aset intelektual
dan informasi lainnya sehingga mampu memberikan keunggulan bersaing bagi
perusahaan.
B.
LATAR BELAKANG
Pada pembahasan makalah ini mengacu pada sebuah jurnal
yang berjudul Judul Jurnal: “Assessing
knowledge through Acquition and Alliances an Empirical Examination of New
Market Entry” Journal of Management Issues, Vol XX Number 1 spring 2008
51-67 Pengarang: Annette L.Ranft (Assistance Professor of Management Florida
State University) dan Sarah J Marsh (Associate Professor and Chair of
Management dari Northen Illionois Univerisity)
Init dari penelitian ini adalah menyoroti kasus-kasus
akuisisi dan aliansi yang dimulai awal
tahun 1990an menjadi aktivitas yang sangat tinggi kejadiannya sampai saat ini. Motivasi
utama dilakukannya akuisisi dan aliansi adalah kebutuhan untuk mengakses
pengetahuan yang menjadi resep utama dalam berkompetisi dan pertumbuhan bisnis.
(Grant and Banden-Fuller 2004, Ranft and Lord, 2002, Simonin 1999).
Dua
perusahaan yang bergerak dibidang teknologi dan informasi yakni Microsoft dan
Cisco merupakan contoh perusahaan yang sangat giat melakukakan kedua aktifitas
tersebut dengan maksud mempercepat pengembangan produk baru dan penguasaan pasar.
Dalam
jurnal ini membahas suatu studi perbadingan secara langsung akuisisi dan
aliansi jika sebuah perusahaan memasuki pasar yang sangat beragam derajat knowledge-intensity (pengetahuan yang
berintensitas). Studi ini menyelidiki
(1) bagiamana tingkat knowledge-based
dan keahlian yang menjadi syarat untuk sebuah
pasar baru yang mempengaruhi peramalam pasar atas kinerja perusahaan. (2) kinerja
relative dari akuisisi dan aliansi yang berarti memasuki pasar dengan berbagai
ragam kondisi dari knowledge-intensity.
Suatu pasar baru menggambarkan suatu area yang terbuka luas untuk mengembangkan
studi terhadap sumber-sumber knowledge-based,
ketika suatu perusahaan memasuki pasar baru peranan knowledge-based sangat signifikan berpengaruh dalam terhadap itu.(Marsh
and Ranft 1999).
Konsep dasar
Knowledge-based
(basis pengetahuan) telah bertumbuh seiring munculnya padangan resources based
(basis sumber daya) yang diperkuat dengan sebuah pemikiran bahwa sumber daya
dari suatu perusahaan tidak hanya terdiri dari modal fisik dan keuangan saja,
tetapi juga modal sumber daya manusia dan pengetahuan ini dikembangkan
oleh (penroses tahun 1959).
Kemudian
ditahun awal 1990-an mulai banyak peneliti dan ahli manajemen intens
memunculkan paradigma knowledge-based, yang intinya mereka menyadari peranan
pengetahuan (knowledge) dalam sebuah manajemen perusahaan.
Knowledge-based
dipahami sebagai sebuah kumpulan pengetahun yang dimiliki perusahaan yang bersifat tacit knowledge (pengetahuan yang tersembunyi, yang tidak disadari
oleh si pemilik-penulis) dikemukan oleh Chowdhury, 2005, nonaka 1994, winter
1985. Sifatnya sebaga pengetahun tacit
maka sangat sulit untuk di jelaskan dan kemukakan dengan tersurat hanya
tersirat. Sifatnya juga susah di transfer karena berkembang melalui pengalaman.
Hal penting lainnya adalah setiap pasar memiliki beragam
intensitas akan pengetahuan (yang berbeda-beda). Setiap level pada pasar yang
berbeda memiliki karakteristik dan tantangan yang berbeda-beda yang dihadapi
oleh perusahaan. Manajer harus memahami hambatan/gangguan pada pasar baru yang
berdasarkan struktur sosial, sumber-sumber knowledeg based nya. Pengetahuan
yang sifatnya tacit dnilai sangat sukar untuk ditransfer. (Coff, 1999,
2002,Inkpen and Dinur 1998, Simonin 1999).
Pada integrasi pasar baru (new market) mempersyaratkan
sumber-sumber daya yang berbasis pengetahuan, kemampuan manajemen yang akan
memciptakan suatu nilai baru yang mengintegrasikan antara asset fisik dan
sumber-sumber daya knowledge based (basis pengetahuan).
o Dalam jurnal ini dipaparkan bahwa akusisi umumnya memberi
keuntungan yaitu; kemudahan akses pasar, kepemilikan penuh terhadap perusahaan
yang diakuisisi, asset pengetahuan dan kapabilitas yang akan siap dikembangkan
lebih lanjut
o Segala sumber daya yang ditransfer itu akan dimiliki secara
penuh dalam suatu hak kepemilikan yang memiliki kekuatan hukum, baik terhadap
sumber-sumber daya yang sifatnya fisik, pengetahuan dan dokumen riset.
o Asset pengetahuan kita telah ketahui bahwa telah
terintegrasi dalam suatu struktur sosial pada perusahaan setelah berlangsung
akusisi akan berintegrasi secara signifikan dengan identitas perusahaan yang
mengakusisi, independent dan struktur perusahaan pun berubah kepemilikan.
o Memasuki pasar baru pada suatu kondisi geografis tertentu
tentu membutuhkan persyaratan akan pemahaman costumer yang spesifik,
karakteristik channel, pemahaman tentang riset dan pengembangan, teknologi,
karakteristik pasar, karakteristik permintaan pasar (jumlah permintaan), dengan
strategi akusisi dan aliansi akan memberi akses terhadap semua itu seperti
di-”cangkok”-kan terhadap suatu perusahaan.
Dasar pemikiran dari riset ini adalah;
o Bagaimana tingkat knowledeg
based (sumber daya basis pengetahuan) dan keahlian yang menjadi prasyarat
dalam memasuki suatu pasar baru mempengaruhi kinerja perusahaan. Sehingga
dikembangkan suatu pertanyaan hipotesis sebagai berikut: kinerja perushaaan setelah memasuki suatu pasar yang baru akan memiliki
kurva linear (U-Shaped) yang menghubungkan antara knowledge-intensity dari sebuah
pasar baru yang kinerjanya diekpektsikan lebih tinggi pada tinggi dan rendahnya
knowledge intensity pada sebuah pasar.
o Hipotesis selanjutnya adalah (h2): kinerja setelah perusahaan memasuki pasar baru melalui strategi aliansi
akan lebih baik dari pada stratgei akuisisi. H2a; Knowledge intensity yang lebih tinggi dalam suatu pasar baru, akan
lebih baik kinerjanya pada perusahaan yang memasuki pasar melalui aliansi
daripada akuisisi.
Metodologi
penelitian;
Metodologi yang digunakan dengan menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari publikasi-publikasi ilmiah yang terbit di daerah
US. Metode ini menggunakan analisa 200 press realese, 250 laporan tahunan
perusahaan, 600 publikasi industri yang diperoleh dari Lexus data base. Pencarian
ini menggunakan keyword; new market, diversification, acquitition, alliance,
join veture yang menghasilkan 361 entry dalam publikasi di US.
Kemudian sample dikategorikan juga dengan melihat
rata-rata penjualannya pertahun yang terdiri $3,206, pertengahan $ 308 million,
dan terendah $673,000 - $ 100 billion.
o Independent variable:
adalah knowledge intensity of new market
o Dependent variable:
market prediction of firm performance
o Control variable”
prior variable, knowledge relatedness, new market growth rate
Hasil kesimpulan dari penelitian
Hasil
dari penelitian ini dengan menggunakan alat analisasi one ya ANOVA secara
normative ada kesatuan asumsi antara dependent variable. Dimana ditemukan
signifikan si antara strategi aliansi dan akuisisi ( F=5.305, p<.05) yang mengindikasikan bahwa suatu ekspektasi
pasar akan lebih tinggi terhadap kinerja strategi aliansi dari pada stratgei
akuisisi walaupun keduanya memberi pengembalian (returns) yang positif.
Kesimpulan
yang dapat di garis bawahi bahwa strategi aliansi lebih memiliki konstribusi
yang lebih dari pada akuisisi terhadap pengetahuan (knowledge-based) terhadap
suatu pasar baru (entry a new market).
C.
Pembahasan
Beberapa
pemikiran terhadap penelitian mengenai masalah strategi akusisi dan aliansi diajabrkan
dibawah ini berdasarkan kerangkan teori dari buku acuan Hitt, Iriealn dan
Hoskisson, ”Startegic Management” Thomson, USA, 2005
Hitt
dkk, menyakan terdapat beberapa alasan perusahaan menjalankan strategi akuisisi
dan melakukan akusisi terpilih, diantaranya adalah mencapai keunggulan bersaing
melalui kekuatan pasar yang lebih besar, mengatasi hambatan masuk dan
mempercepat proses masuk pasar. Alasan
lain yang termasuk untuk menghindari biaya yang cukup berarti yang berkaitan
dengan pengembangan produk baru, menghindari resiko dari pengembangan produk
baru, mencapai diversifikasi dan akhirnya menghindari persaingan.
Meningkatkan
kekuatan pasar:
Setiap pengusaha menginginkan perusahaannya memiliki
kekuatan pasar yang lebih besar. Banyak perusahaan besar memiliki kompetensi
inti tetapi tidak cukup besar mendaya
gunakan sumber daya dan kapabilitasnya. Kekuatan pasar biasanya
dihasilkan dari ukuran perushaaan dan sumber daya serta kapabilitas perusahaan
untuk bersaing dipasar melalui pangsa pasarnya. Dari kasus akuisisi tidak
jarang terjadi pembelian dari sebuah perusahaan dengan perusahaan pesaingnya
pada industri yang sama.
Akusisi terhadap perusahaan pesaing dinamakan dengan
akusisi horizontal (horizontal
acquitition), sedangkan akuisisi terhadap perusahaan dalam industri terkait
disebut akuisisi terkait (related
acquisition)
Membuat
hambatan masuk;
Perusahaan yang kuat dan besar biasanya melakukan
akuisisi dengan maksud untuk menghalangi atau mempersulit suatu perusahaan
untuk masuk pada kategori produk tersebut dalam suatu industri. Perusahaan baru
atau perusahaan yang membuat produk baru akan mengalami kesulitan dalam
mengembangkan usaha dan membuat mereka membutuhkan alokasi dana yang besar bila
memasuki celah pasar tersebut.
Sistem distribusi juga sangat berpengaruh bila hendak
memasuki suatu pasar baru, dibutuhkan distirbusi channel yang efisien dan
efektif, fasilitas barik dan iklan yang besar untuk menghasilkan penjualan yang
cukup supaya perusahaan dapat mencapai skala ekonomis dan menawarkan harga yang
bersaing bagi konsumen.
Akuisisi membutuhkan biaya yan besar, namum perusahaan
yang mengakuisisi perusahaan yang telah beroperasi bisa langsung segera
mendapatkan akses pasar dan melakukan hal serupa dengan produk yang mungkin
memiliki basis pelanggan yang setia. Dalam kenyataannya, semakin tinggi
hambatan masuk,semakin besar kemungkinan akuisis akan dilakukan untuk memasuki
suatu pasar.
Biaya
dan kecepatan;
Usaha pengembangan produk baru secara internal cukup
mahal dan membutuhkan waktu yang panjang untuk memajukanproduk dan menghasilkan
pengembalia investasi yang menguntungkan. Pengembangan usaha baru, misalnya
membutuhkan rata-rata delapan tahun untuk bisa menghasilkan laba dan 12 tahun
untuk menghasilkan arus kas yang cukup. Suatu riset pernah membuktikan bahwa hamper 88 persen inovasi gagal
mencapai pengembalian atas investasi. Selanjutnya, kira-kira 600 persen dari
inovasi bisa ditiru secara efektif dalam empat tahun setelah hak paten di
peroleh. Karena itu pengembangan usaha secara internal sering diasakan para
manajer sebagai suatu yang berisiko tinggi. Masalahnya adalah dibutuhkan biaya
pengembangan dan peluncuran produk baru kepasar yang signifikan.
Dengan kebijakan mengakusisi suatu perusahaan yang mapan,
meskipun kadang lebih mahal, adalah tidak terlalu beresiko Karena terdapat data
histories mengenai kinerja perusahaan yang bisa dipergunakan untuk mengevaluasi
kepentingan.
Keuntungan akuisisi adalah menawarkan akses cepat kedalam
pasar dengan basis volume penjualan dan pelanggan yang nyata
Resiko
Resiko disini mengandung arti bahwa dengan strategi
akuisisi usaha baru yangcdikembangkan secara internal memiliki resiko yang
tinggi. Dilain pihak akuisisi memberi pengalaman bahwa keuntungan dapat
diprediksi dan diestimasi secara akurat. Karena perusahaan yang diakusisi
memiliki data histories yang dapat dianilisa, terutama tentang peramalan
pendapatan, dan beban biaya yang akan ditanggung. Untuk produk yang baru data
histories tentu saja tidak ada.
Mengembangkan
Diversifikasi
Perusahaan yang kuat modal salah satu usaha untuk
melakukan diversifikasi usaha (mendirikan suatu unit bisnis baru yang berbeda
kategori produk yang mungkin berbeda industri-penulis red) dengan cara
akuisisi. Sebuah perusahaan mungkin menemukan bahwa lebih mudah mengembangkan
produk baru dan usaha baru dalam pasar yang ada karena manajernya lebih
memahami produk dan pasar. Begitu juga sebaliknya perusahaan sering
mengembangkan produk baru yang berbeda dari produk yang telah ada dan memasuki
pasar baru karena manajernya kurang memahami pasar tersebut. Sehingga akusisi
menjadi hal yang lumrah bagi perusahaan untuk mengembangkan produk dan usaha
baru nya.
Menghindari
persaingan
Di negara-negara yang industrinya telah maju terutama di
Amerika Serikat, menggunakan strategi akuisisi untuk pasar, baik yang ada
hubungannya atau tidak dalam rangka mengurnagi ketergantungan terhadap pasar
yang memiliki persaingan tajam, biasanya terhadap perusahaan asing (foreign company).
Beberapa
permasalahan dalam akuisisi
Hitt dkk menguraikan ada beberapa permasalahan yang
timbul dalam strategi akuisisi ini, antara lain; tingginya nilai beli
perusahaan yang hendak diakusisi, kesalahan perkiraan (penilaian) mengenai
kapabilitas dan stategis, tingginya biaya pelaksanan akuisisi, dan sulitnya
mengintegrasikan perusahaan yang diakusisi. Hal –hal tersebut akan diuraikan
dibawah ini,
Integrasi;
Perusahaan yang mengakusisi dan yang diakusisi
menimbulkan masalah terhadap proses integrasi tersebut. Hal utama dalah
bagaimana mempertemukan dua budaya perusahaan yang berbeda, menghubungkan
sistem keuangan dan pengendalian yang berbeda, membangun hubunga kerja yang
efektif (bila gaya manajemen yang berbeda), memecahkan masalah yang berkaitan
dengan perbedaan status eksekutif perusahaan yang diakusisi.
Harga beli yang tinggi (overpayment)
Perusahaan
bisa saja membayar nilai akuisisi yang terlalu tinggi terhadap perusahaan yang
disasar. Apabila perusahaan tidak
menganalisa perusahaan sasaran secara menyeluruh dan tindak mengembangkan
pengetahuan yang cukup mengenai nilai pasarnya, perusahaan akan mengeluarkan
modal yang besar. Pemegang saham
diperusahaan yang hendak diakusisi biasanya menawarkan harga sahamnya dengan
harga premi yang lebih tinggi diatas harga saham yang berlaku (biasanya 40-60
persen)
Biaya akuisisi;
Pada
awal tahun 1980-an di Amerika banyak terjadi akusisi perusahaan yang dibiayai
dengan utang, yang dikenal dengan junk bonds. Ini merupakan jenis pembiayaan
baru dimana aksisi yang beresiko dibaiaya dengan utang (hutang) yang memberikan
pengembalian yang tinggi kepada peminjam (pemegang obligasi). Tingkat bunga
junk bond berkisar antara 18-20 persen karena tanpa jaminan karena itu
sangatlah beresiko.Tujuan dari hutang ini sebenarnya untuk menciptakan disiplin
manajerial yang positif, sehingga memiliki pertimbangan leverage dalam akusisi
besar. Terkadang biaya utang
yang besar menjadikan biaya akusisi menjadi besar pula akibat factor-faktor
eksternal yang seperti tingkat suku bunga.
Kesalahan
menilai strategi
Kesalahan menilai strategi atau manfaat strategi terjadi
dalam meraih keunggulan bersaing yang berkelanjutan dari akusisi. Pengetahuan
yang cukup terhadap sinergi khusus (private synergy) dan keunggulan utama
penggabungan yang tidak bisa ditiru pesaing. Sinergi khusus merujuk pada
pemberian manfaat atas pengabungan perusahaan yang mengakuisisi dan diakusisi
terhadap sumber daya dan kapabilitas yang masing-masing dimiliki sehingga
menjadi suatu kekuatan yang tidak dimiliki oleh perusahaan yang lain. Kesalahan
hal ini akan menjadikan perusahaan yang mengakusisi tidak akan mendapatkan
pengembalian yang memadai.
Akusisi
yang efektif
Lalu pertanyaannya bagaimanakah akusisi yang efektif itu?
Hitt melakukan penelitian pada tahun 1993[1], bahwa perusahaan yang berhasil dalam mengakusisi selalu
melakukan seleksi hati-hati terhadap calon perusahaan yang hendak diakusisi.dan
mempertimbangkan negoisisai yang ada. Seleksi awal biasanya berbentuk hubungan
kerja sama berupa usaha patungan atau aliansi startegi. Sifat usaha kausisi
yang harus diperhatikan adalah perusahaan mempertahankan posisi hutang yang
rendah atau wajar khususnya dalam membiaya akusisi. Hutang yang besar digunakan
untuk membiaya akuisisi, hutang tersebut sebaiknya dikurang secara cepat dengan
cara menjual asset perusahaan yang diakusisi. Asset yang dijual tersebut adalah
asset yang dinilai tidak komplemen dengan bisnis perusahaan, atau tidak
berkinerja baik.
Mengakusisi perusahaan harusnya yang memiliki
komplementer bagi perusahaan yang mengakusisi. Ketika terjadi integrasi
perusahaan akan terjadi sinergio dan kapabilitas yang positif. Sumber daya yang
unik dari akusisi adalah hal yang positif untuk mendukung daya saing yang
strategis perusahaan terhadap industrinya.
Perusahaan yang sukses dalam mengakusisi mampu menekankan
inovasi dan meneruskan investasi penelitian dan pengembangan produk sebagai
bagian dari stretegi keseluruhan. Komitmen manajemen untuk inovasi harus kuat
dan tinggi.
Hal lain adalah kemampuan untuk beradaptasi dan
fleksibilitas yang tinggi harus dimiliki perusahaan masing-masing. Pengalaman
akan manajemen perubahan (change management) merupakan suatu syarat yang
mutlak. Kemampuan adaptasi akan membantu perusahaan untuk lebih cepat, lebih
efisien, dan lebih efektif dalam proses akusisi yang berlangsung
untukmenghasilan sinergi yang positif.
Beberapa catatan tambahan:
o Sudah saatnya mempertimbangkan faktor pengetahuan
(knowledge-based) dalam sebuah proses akuisis dan aliansi, dalam jurnal yang
dibahas menyatakan bahwa pengetahuan (knowledge based) sudah terintegrasi dalam
sebuah perusahaan yang memiliki tacit
knowledge (karena perusahaan yang diakuisisi jelas telah memiliki basis
pengetahuan baik itu dari sisi operasional maupun pengetahuan akan pasar).
o Faktor pengetahuan (knowledge based) maka perlu semacam
metode assesment yang menjadi patokan bagi sebuah perusahaan yang hendak
mengakuisisi sebua perusahaan. Metode assesment ini kiranya mampu menilai
”Nilai” faktor-faktor knowledge-based yang dimiliki suatu perusahaan yang
hendak diakusisi, khususnya mengenai masalah keahlian yang dimiliki oleh
manajer seniornya, pengetahuan pasar yang hendak dimasuki, prediksi (peramalan)
akan pasar kedepannya, dan juga untuk mencapai suatu tujuan strategik.
Contoh kasus: misalnya pembelian
Lotus oleh perusahaan raksasa IBM pada tahun 1995 dimana perusahaan IBM harus
membanya perusahaan Lotus sebesar $3,5 milyar, padahal pada saat itu pendapatan
lotus empat belas kali lipat. Pembanyaran IBM kepada Lotus tersbut bukan karena
ingin mengganti pendapatan lotus tersebut. IBM melakukan akusisi karena Lotus
memiliki pengetahuan yang unik mengenai Notes dan berbagai kalborasi aplikasi
piranti luanknya. Penemuan notes lebih bernilai dari pada piranti lunak itu
sendiri, dimana Lotus mampu memiliki kemampuan melahirkan generai berikutnya
terkait dengan teknologi komunikasi dan informasi-sharing software. Lotus
memiliki keterampilan, pengalaman dan kreatifitas yang IBM butuhkan untuk
menerapkan pengetahuannya kedunia baru kolaborasi piranti lunak. IBM percaya
bahwa kemampuan Lotus dengan pengetahuaannya lebih bernilai daripada
semata-mata nilai keuangan yang diperhatikan
o Ada konsep dalam manajemen yaitu knowledge management (manajemen pengetahuan) yang dimana dapat
dipahami sebagai suatu strategi yang mengubah aset intelektual organisasi, baik
informasi yang sudah terekan mapun bakat dari para anggotanya kedalam
produktivitas yang lebi tinggi, nila-nilai baru, dan peningkatan daya saing.
Selain itu ada juga yang mendefinisikan manajemen pengatahuan (Davids dan Voss
2002 dalam sangkala 2007) sebagai suatu
kesatuan sistem yang memungkinkan perushaaan menyerap pengetahuan, pengalaman,
dan kreatifitas para stafnya untuk perbaikan kinerja perusahaan.
o Kritik terhadap metodologi penelitian yang dilakukan oleh
periset dengan menggunakan data sekunder, dalam hal ini mengunakan data
publikasi baik online maupun online. Walaupun dibenarkan namun penulis merasa penelitian tersebut memiiki
kelemahan, karena mengandalkan data publikasi yang bisa saja memiiki kekuran
validitas. Tentu dengan melakukan metode
kuesioner secara langsung walalupun itu membutuhkan biaya yang lebih besar
tetapi tentu akan memberi signifikansi data yang lebih terpercaya dan akurat.
Bahan Referensi
1.
Michael
A.Hitt, R.Duane Ireland, Robert E Hoskisson, ” Strategic Managemen”, Thomson,
USA, 2005.
2.
M.A.Hitt,
JS.Harriosn, R.D.Ireland dan A.Best 1993, “ lifting the vellof success in
merger and acquititons”. Chicago. USA
3. Annette
L.Ranft, Sarah J.Marsh, ” Accessing Knowledge throught acquisition and
alliances: An Emperical examination of New Market entry”, Journal of Managerial
Issues, Vol XX Number 1 Spring 2008 p.51-67. ABI/INFORM Global.
4. Sangkala,
“Knowledge Management”, PT.RajaGrafindo Perkasa, Jakarta, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar