Senin, Desember 11, 2006

Renungan Kloset


Renungan Kloset (renungan akhir tahun 2006)

Ada baiknya
Tak mencatat hidup
Dalam lembar-lembar buku harian

Suatu masa
JIka dibacanya lagi
Manis, membuat kita ingin kembali
Pahit, membuat duka tak bias lupa

Ada baiknya
Merenung hifup
Dalam kloset yang sepi

Tak perlu malu
Mengenang tersenyum atau menangis
Setelah itu semua hilagn
Bersiap menerima makan baru
Yang lebih baik dari kemarin


By: Rieke Diyah Pitaloka


Puisi yang ditulis mba Rieke ini (pemeran Oneng dalam baja bajuri) saya catat dalam buku diary ku. Laki-laki punya diary? Bancis bangett.. kata temanku, Tapi saya protes BJ.Habibie aja punya diary, sampai buku yang terbaru yang berjudul “Detik-detik yang Menegangkan” berasal dari tulisan-tulisan yang dirujuk dalam buku diary-nya.

Ya.. BJ.Habibie aja punya diary, mengapa harus dibilang diary itu punya kaum hawa, siapa tau besok-besok buku diary ku itu bisa menjadi buku yang best seller. Dan bisa seperti beliau juga jadi presiden. Hehehe.

Hidup itu bergerak.. tulis ku di salah tema diblog ku.
Semua kejadian terjadi merupakan konsekuensi kita dalam memilih dan memutuskan suatu hal. Hidup adalah perpindahan dari suatu pilihan dan suatu keputusan. Kita belajar dari keputusan-keputusan yang kita tempuh. Hasill dari keputusan kita pasti tidak selamanya baik, dan juga tidak selamanya buruk. Alangkah bahagianya jikalau setiap lekuk-lekuk kehidupan yang kita jalani adalah buah hasil keputusan kita. Dari situlah kita belajar suatu kebijaksanaan dan kedewasaan.

Kembali ke laptop…..(tukul bangett)
Pusisi Renungan kloset, yang menarik adalah pesan bahwa hidup itu tidak usah terlalu banyak di sesali. Saya sepakat, takala banyak kejadian-kejadian hidup yang telah terjadi, hanya lah menjadi hal yang tak berguna kalau dirasain pahit atau manis lagi. Sudah berlalu….

Nah di penguhung tahun 2006, begitu banyak kejadian yang sudah terlewatkan.
Bagaimana kah saya memaknai pergantian tahun ini?

Pertama-tama menyadari bahwa kehidupan itu adalah sebuah sekolah.
Cherie Carter Scott, Ph.D dalam bukunya If life is a game these are the rules, Dia menuliskan “Anda sudah terdaftar pada sekolah informal yang disebut “kehidupan”. Setiap Hari Anda akan memperoleh kesempatan memetik pelajaran dalam sekolah ini. Anda bisa menyukai atau membenci pelajaran-pelajaran itu, tetapi Anda sudah merancangnya sebagai baian dari kurikulum Anda.

Hidup ini saya anggap sebagai sebuah sekolah. School of life. Sekolah kehidupan kata penganut de-schooling seperti Gde Prama, Adreas Harefa, Jansen Sinamo, YB Mangunwijaya (alm) dan banyak lagi. Mereka menganggap sekolah yang paling sempurna adalah sekolah kehidupan, bukan sekolah yang dari umur 4 tahun sudah kita jalani itu. Kita hanya duduk, mendengar, kerjakan tugas, menyalin dan terima lapor.

Disekolah kehidupan saya merasa tidak ada yang benar dan salah. Semuanya dimulai keberanian kita membebaskan diri kita terhadap “value” (nilai-nilai) yang sudah sejak kecil kita peroleh dari Orang tua, guru-guru, keluarga dan lingkungan kita. Dengan terbiasa mengosongkan dulu nilai-nilai yang kita dapat, kita akan cepat mempelajari pelajaran-pelajaran berisi nilai-nilai baru dengan sikap yang kritis.

Saya kembali mengutip R.Kiyosaki, dalam buku Rich Kids and Smart Kids, dalam tulisan yakni, Tuhan memberi kita sebuah kaki kanan (right) dan sebuah kaki kiri (left). Tuhan tidak memberi kita sebuah kaki yang benar (right) dan sebuah kaki yang salah (wrong). Lanjutnya, Orang yang berpikir mereka harus selalu benar adalah orang yang seperti dengan sebuah kaki kanan saja. Mereka mengira membuat kemajuan, tetapi biasanya mereka hanya berputar-putar dalam lingkaran.

Dari situlah saya mencoba menerima ketidak sempurnaan. Setelah tahu kalau saya ini adalah termasuk tipe perfeksionis. Disekolah kehidupan mengajarkan ku bahwa tidak ada kesempurnaan mutlak. Kesempurnaan adalah suatu sikap yang berlebihan, dan dalam Alqur’an mengajarkan bahwa Tuhan amat membeci perilaku yang berlebihan. Kesempurnaan yang baik adalah melalui sebuah proses yang tidak bisa secara instant.

Kaizen, adalah salah satu prinsip yang sangat dikenal di Jepang. Kaizen adalah proses penyempurnaan secara terus menerus yang tiada henti. Prinsip ini lebih baik dari pada keinginan untuk mewujudkan suatu hal yang langsung sempurna.

Kedua, saya ingin mensyukuri apa yang telah saya lalui selama setahun ini. Saya bersyukur pada Tuhan terhadap pelajaran kehidupan yang telah dia berikan. Saya bersyukur pernah merasakan menjadi kaum papa, takala di Jakarta, dengan pengalaman di”tampar Monas” kata kawan yang pernah kuliah di STIE YKPN. Di’tampar monas” maksudnya merasakan dinamika hidup di Jakarta. Merasakan kehidupan kaum masyarakat bawah. Masyarakat bawah yang kehidupannya mengandalkan sarana publik buatan pemerintah.

Merasakan hari-hari bergelantungan di bus kota, berdesak-desakan didalamnya, sampai perang mulut dengan kenek bersama teman kuliah MM yang orang Padang itu. Gara-gara bus yang sudah penuh sesak masih saja diisi orang untuk masuk, kita pun protes, tapi malah keneknya suruh turun kalau tidak mau.Ilmu marketing tidak dipakai di bus sudah kita bayar ongkos harusnya dapat pelayanan malah disuruh turun. Onde mande,

Saya juga tidak habis berpikir dan prihatin, bagaimana susahnya orang pinggiran yang kekantor memanfaatkan kereta ekonomi KRL. Sungguh lebih manusiawi kandang ayam dari pada kereta ekonomi itu, Saya juga bingung dengan pemerintah, mengapa menyediakan namanya system transportasi rakyat yang kayak itu, bila lengah sedikit nyawa bisa melayang, karena harus berhimpitan dan bergelantung dipinggir gerbong atau naik diatas gerbong.

Dengan bersyukur akan memberi kita sikap untuk menikmati apa yang sudah ada sekarang. Rasa syukur berarti kita berterima kasih atas dan menghargai apa yang kita punya dan dimana kita sekarang berada dijalan kehidupan kita.

Ketiga, dari bersyukur itu, akhirnya saya tidak berhenti-hentinya mengucapkan terima kasih. Berterima kasih kepada Tuhan. Berterima kasih atas kebijaksanan yang saya peroleh.

Berterima kasih kepada Orang Tua, ayah dan ibu atas semua yang diberikan, baik dan materi maupun kasih sayang. Berterima kasih kepada orang yang mengecewakan saya. Apalgi saya sangat berterima kasih kepada orang yang membantu ku dalam kesusahan. Berterima kasih kepada orang yang membuat kita susah. Berterima kasih kepada orang yang membuat ku sedih dan bahagia.

Kata terima kasih merupakan kata yang sangat jarang kita ucapkan.
Berterima kasih bermakna kita tahu apa yang telah kita terima. Begitu juga pelajaran yang kita dapatkan dari sang pemberi dan pemilik Ilmu hakiki,

Seorang filsuf Thomas Paine pernah mengatakan, ''Apa yang kita
peroleh dengan terlalu mudah pasti kurang kita hargai. Hanya harga
yang mahalah yang memberi nilai kepada segalanya. Tuhan tahu
bagaimana memasang harga yang tepat pada barang-barangnya.''

Terakhir, disetiap akhir pasti ada permulaan. Saya mengajak Anda untuk kembali membuat rencana yang baru ditahun selanjutnya. Dengan sebuah rencana kita tahu akan kemana dan untuk apa hidup ini. Kita yang membuat rencana, kita berusaha, Tuhan kan memberikan.

Rencana dan pengharapan yang belum terwujud, mengharuskan kita untuk bersabar. Bersabar dan terus menerus berupaya kembali untuk mewujudkannya. Dengan bersabar kita menjadi lebih memaknai proses pelajaran yang diberikan kepada kita. Bersabar membuat kita lebih tenang dalam melangkah, membuat kita lebih kuat dan dekat dengan suara Tuhan.

Waktu yang diberikan Tuhan kita di bumi ini sebenarnya singkat. Kita mempunyai kemungkinan dan pilihan untuk mewujudkan harapan-harapan, impian-impian dan tujuan kita. Kembali pada diri kita, Apakah kita memanfaatkan waktu yang diberikan Tuhan sebaik-baiknya atau tidak.

Renungan Kloset, mengajarkan apa yang sudah kita peroleh sampai saat ini adalah hasil dari pilihan kita. Kita memutuskan untuk memakan pelajaran-pelajaran hidup setiap hari. Membuat kita kenyang dan perlu mengeluarkan hal-hal yang buruk, dan menyerap gizi kehidupan yang baik bagi tubuh dan jiwa kita. Kemudian menyiram yang buruk-buruk itu, dan bersiap-siap lagi menyantap pelajaran-pelajaran yang baru lagi dimasa yang akan datang.
Selamat tahun baru 2007 dan selamat hari raya Idul Adha.




Andi Muh. Nur Bau Massepe
Makassar, Desember 2006