Oliver Gassmann (2015) seorang
Profesor dari Universtas St.Gallen, Swiss menekankan bahwa kesuksesan
perusahaan untuk bersaing dalam jangka panjang bergantung pada kemampuannya
menciptakan model bisnis yang inovatif.
Sebut saja Bosowa Taksi,
Bluebird, dan taksi lainnya kini kelabakan dengan hadirnya inovasi model bisnis
yang dilakukan perusahaan UMKM (Usaha Mikro dan Kecil Menengah) atau disebut
Start up seperti Gojek dan Grabcar.
Mereka lahir karena hasil
pemikiran inovasi model bisnis canvas (BMC) yang menjawab masalah-masalah
tranportasi yang tidak ditawarkan oleh si pemodal besar yang dibutuhkan oleh
masyarakat (konsumen).
Tidak butuh investasi besar untuk
pengadaan armada yang banyak, tidak butuh gedung dan lahan parkir luas, dan
bagi konsumen akan mendapatkan harga yang pasti, tidak tidak perlu takut
mekanisme argo, pembayaran tidak ribet, dan
tanpa perlu takut di bohongi rute panjang oleh sopir.
BIRD atau PT Blue Brid Tbk diakhir kuartal III tahun 2016 mencatat
penurunan laba 40% selama setahun dari Rp 12,11 milyar menjadi Rp 7,2 Milyar.
Laba ini tergerus akibatnya maraknya layanan taksi online.
Jelas bahwa blue bird atau bosowa
taksi saat ini kehilangan keunggulan kompetitifnya karena kehadiran model
bisnis yang buat oleh taksi berbasis online yang mendapat respon positif oleh
masyarakat. Untuk kembali jadi pemenang butuh perubahan model bisnis yang baru.
Oliver Gassmann dalam bukunya
Business Model Navigator (2016) menekankan bahwa keunggulan kompetitif perusahaan
dimasa depan tidak lagi ditentukan oleh produk atau proses yang inovatif tetapi
oleh model bisnis yang inovatif.
Rhenald Kasali (guru besar
Universitas Indonesia) menjelaskan fenomena ini dengan istilah sharing economy yang melahirkan
kompetisi baru yang lawan-lawannya tidak kelihatan, tiba-tiba saja para
incumbent kehilangan pangsa pasar, penerimaan laba berkurang tanpa kelihatan
perusahaan seperti apakah itu.
Tapi fenomena itu sudah
dijelaskan oleh Clayton M. Christensen seorang Profesor Bisnis dari Harvard
Business School dengan istilah disruptive
innovation ditahun 2000an, sehingga dia pun dinobatkan sebagai sebagai
salah satu pemikir manajemen yang paling berpengaruh di dunia oleh Majalah Forbes
tahun 2011.
Kata kuncinya adalah model bisnis
yang inovatif, bukan lagi sekedar produk atau proses yang inovatif untuk eksis
didunia bisnis ini.
Apa yang harus dilakukan ?
Pengusaha harus memikirkan kembali bisnis model bila mau bertahan dalam jangka
panjang sebelum perusahaan pesaing melibas kita.
Pengusaha tidak lagi menjalankan
bisnis dengan berbekal pengalaman masa lalu. Buka usaha tidak lagi mengandalkan
pengalaman bisnis dan kesuksesan pendahulunya atau orang tuanya. Pengetahuan
bisnis mereka boleh saya katakan telah usang.
Pasar sepuluh tahun lalu sudah
sangat berubah. Karakter konsumen saat ini sudah sangat berbeda. Kehadiran
teknologi seperti internet, hadirnya perusahaan inovatif, mengubah peta
strategi kompetisi yang ada.
Lalu bagaimana membangun
perusahaan dengan model bisnis yang inovatif itu?
Para bisnis owner dituntut untuk
mengemas bisnis mereka diluar main stream yang sudah ada. Konsep blue ocean strategy oleh Kim dan
Mauborgne (2005) mengajarkan untuk itu. Intinya adalah jika usaha kita memiliki
inovasi bisnis yang kuat, kita harus memiliki bisnis yang berkubang di samudera
biru, bukan di samudera merah.
Samudera merah mewakili kondisi
pasar yang sarat dengan persaingan, perang harga, produk kita terperangkap
sebagai produk komoditas, margin yang tipis malah cenderung minus.
Berbeda dengan samudera biru
dimana produk kita keluar dari persaingan, memiliki pasar baru, persaingan
cenderung tidak relevan lagi, kita sebagai market leader, dan kondisi ini tentu
saja menghasilkan laba yang besar.
Untuk itu semua harus lahir dari
pola pikir yang out the box, berpikir
diluar logika dominan dari bidang usaha yang telah ada. Artinya usaha kita
harus memiliki keunikan yang luar biasa.
Produk yang kita miliki harus memberi
solusi yang tidak ditawarkan pesaing. Produk kita memiliki nilai unggul atau value proposition yang berbeda dari
pesaing.
Tetapi hal itu tidak lah cukup,
tahap selanjutnya adalah membangun pola-pola rantai nilai yang efisein. Proses
dan aktifitas bisnis yang jauh dari ribet dan biaya yang tinggi.
Kemampuan kita mengkordinasikan
sumber daya perusahaan yang ada untuk memiliki kekuatan internal yang tidak
dimiliki pesaing. Konsep resource based value
harus menopang perusahaan kita.
Dan terakhir adalah mekanis laba
yang jelas. Bisnis harus untung dan menghasilkan cash. Struktur biaya dan mekanisme penghasilan didesain sehingga
model bisnis yang baru ini memang memiliki profit yang bisa dihandalkan
perusahaan.
Perusahaan tidak dibangun dengan
utang bank yang tidak jelas return on investment
(ROI) nya, tidak dibangun dengan utang diatas utang dari kemudahan kredit yang
ditawarkan perbankan saat ini.
Selamat berkompetisi di era
gelombang inovasi ekonomi.
A.M.Nur Bau Massepe
Business Coach dan Dosen FEB
Unhas