Senin, Mei 21, 2018

URGENSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI PERGURUAN TINGGI


(REFLEKSI HARI PENDIDIKAN NASIONAL)


sumber: https://merahputih.com

Perguruan Tinggi masih kurang memaknai pendidikan kewirausahaan sebagai salah satu tugas penting dalam mencetak manusia-manusia unggul dimasa depan yang berkonstribusi dalam pembangunan.

*****
Kisah Mahasiswa Wirausaha
SyamsuddinYunus merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota Makassar. Dia lebih dikenal dengan sebutan Ampa Bakery sesuai nama usahanya. Salah satu mahasiswa yang berhasil memperoleh dana dari Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dari Kemenristekdikti ditahun 2016. Berbekal modal lima belas juta dari program PMW inilah (sejak tahun 2009 telah digulirkan oleh pemerintah) dia pun memulai debutnya sebagai mahasiswa wirausaha dengan membuat donat dan roti.

Karakternya yang ulet, pantang menyerah, dan keyakinan yang tinggi untuk berhasil, akhirnya usahanya pun berkembang. Lahir dan besar dari keluarga yang kurang mampu, ayahnya hanyalah seorang nelayan kecil di Lamangkia, Takalar. Pada masa SMP/SMA dia sudah terbiasa menjual roti dan kue-kue di sekolah dan sekitarnya hanya untuk membiaya hidup keluarga dan belajarnya.

Singkat cerita hanya dalam waktu dua tahun usahanya kini memiliki 5 (lima) outlet dengan bantuan pelatih bisnis (business coach) omzetnya pun melejit dan usahanya lebih fokus. Kini omzet usaha rata-rata 60-70 juta perbulan dan terus berkembang. Dia mampu memperkerjakan tujuh orang karyawan tetap dan beberapa karyawan lepas lainnya.

Ampa bakery memproduksi donat khas rumput laut sebagai suatu produk inovatif, ini dari penelitian intensif dari beberapa eksperimen yang diperoleh dikampus. Donatnya kini menjadi populer di Kabupaten Takalar tempat Syamsuddin besar dan lahir. Dengan naluri bisnisnya menjadikan donat khas rumput laut-nya sebagai salah satu oleh-oleh khas daerah. Ini sebagai solusi dari minimnya produk-produk khas dari daerahnya.

Pemerintah kabupaten Takalar(Sulawesi Selatan) pun memberi dukungan untuk hal itu. Dia pun turut aktif menginspirasi pemuda-pemuda di desanya untuk belajar berbisnis dan menggiatkan kewirausahaan dengan menciptakan  produk inovasi berbasis keunggulan lokal daerah salah satunya rumput laut.

Pendidikan yang menciptakan wirausaha baru
Dalam renstra kemenristekdikti 2015-2019 dinyatakan bahwa dalam visi yakni  “Terwujudnya pendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa”.

Di tetapkan lah Sasaran Strategi Pertama yakni Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan pendidikan tinggi yang mana Indikator Kinerja Sasaran Strategis adalah Jumlah mahasiswa yang berwirausaha diakhir tahun 2019 diharapkan ada 4000 mahasiswa yang berwirausaha.

Lain ladang lain belalang
Tidak semua perguruan tinggi memiliki kebijakan pengembangan kewirausahaan sebagai suatu capaian pembelajaran dalam rencana strategisnya. Hal ini masih dapat dimaklumi karena paradigma keberhasilan alumni yang sukses bila berhasil menjadi Aparatur Sipil (ASN) atau bekerja di BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah, Multinational Company (MNC), menjadi Politisi, bukan sebagai Pengusaha (Wirausaha).

Selain itu kewirausahaan masih di anggap sebagai suatu kegiatan ekstra-kulikuler atau kegiatan kemahasiswaan belaka yang akan berhenti sendiri bila mahasiswa lulus. Padahal tidak semua mahasiswa memilih jalan hidupnya sebagai pekerja kantoran atau ASN, banyak diantara mereka lebih bahagia bila memiliki usaha sendiri dan menjadi pengusaha kecil atau UKM (Usaha Kecil Menengah), karena nilai-nilai anak muda zaman now adalah kemandirian dan kebebasan serta fleksibilitas yang tinggi.

Komitmen pimpinan perguruan tinggi juga masih rendah terhadap penciptaan wirausaha baru terhadap lulusannya. Celakanya banyak Perguruan Tinggi  hanya berorientasi bahwa kewirausahaan adalah suatu project base yang sekedar dijalankan karena ada anggaran dana yang harus dihabiskan dari kemenristekdikti, bukan sebuah perencanaan jangka panjang yang menjadi bagian dari penjabaran tujuan pencapaian keberhasilan dari perguruan tinggi kepada masyarakat dan pembagunan didaerah.

Kisah mahasiswa wirausaha diatas sebenarnya bisa role model bahwa perguruan tinggi dapat memainkan perannya dalam menciptakan wirausaha baru. Perguruan Tinggi selain menciptakan profil lulusan berkopetensi profesioanl dan sebagai ilmuwan, dengan mahasiswa wirausaha akan memberi dampak terhadap pengurangan jumlah pengangguran dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

Mahasiswa wirausaha pun juga akan memberi konstribusi kepada lingkungan sekitarnya, dalam skala besar akan menciptakan perkembangan industri-industri baru. Tentu ini akan menekan rasio gini, memperkecil ketimpangan pendapatan antara masyarakat desa dan kota.

Begitu banyak mahasiswa (alumni) wirausaha dan tetap teguh dengan cita-cita kewirausahaannya sebut saja. A.Hilmy Mutawakkil dan Ahmad Fauzy Ashari dengan Gen Oil-nya, Arif Budino dan Faradila (kripik bayam Ospinachi), Rahmat Al.Muarrif (Brownies Brocyl), Fakhruddin Mansyur (kaos Kareba Makassar), Fajar Asaad (Lean Skill), Sudriman (Nonki), Zulfikri Alqowi (Pacco,com), Sidik Permana (Upana studio), Fauziah Nurhidayah (Zian Bakery), Aktur Ryan Pratama (Jeka Siomay).

Undang-undang kewirausahaan nasional
Sebentar lagi akan disahkan Undang-Undang tentang Kewirausahaan nasional tahun 2018, sebuah payung hukum dalam mengembangkan kewirausahaan bagi negara ini. Peran perguruan tinggi diharapkan mampu menciptakan pendidikan kewirausahaan dan penyediaan ekosistem kewirausahaan itu sendiri.

Perguruan tinggi harus mampu mendesain kurikulum kewirausahaan yang aplikatif bukan hanya teoritis. Menyediakan program kewirausahaan terpadu dan fasilitas infrastruktur seperti inkubator bisnis (kewirausahaan).

Dalam memaknai hari pendidikan nasional ini, sudah waktunya Perguruan Tinggi menjadikan kewirausahaan merupakan suatu prioritas dalam rencana strategisnya. 

A.M.Nur Bau Massepe
Dosen Pemasaran FEB Universitas Hasanuddin

Dimuat di Harian Fajar, Edisi 11 Mei 2018