Senin, Januari 15, 2018

FREEMIUM


Sebagaimana tulisan saya sebelumnya bahwa keunggulan kompetitif sebuah usaha dimasa depan tidak ditentukan oleh kekuatan produk dan proses yang inovatif, melainkan bagaimana model bisnis yang diciptakan.

Model bisnis secara sederhana dipahami sebagai cara suatu perusahaan mendefenisikan dirinya, membuat keunikan, menciptakan pelanggan dan nilai, dan kemampuannya menghasilkan laba dengan sumber daya yang dimilikinya. Pembaca bisa melirik buku bisnis model generation karya Osterwalder & Pygneur (2010) dan Business Model Navigator  Oliver Gasmann (2016) untuk lebih mengenal hal tersebut.  

Freemium adalah salah satu model bisnis yang popular belakangan ini. Berasal dari kata free dan premium. Model bisnis ini mengadopsi pola menawarkan barang secara gratis untuk layanan yang standard sementara untuk layanan yang sifatnya lebih (premium) akan dikenakan bayaran.

Produk ditawarkan secara gratis bertujuan untuk menciptakan basis pelanggan yang banyak, memberi kesempatan costumer untuk mencobanya, dan kelak diharapkan mereka akan membayar layanan tersebut untuk fitur-fitur tambahan.

Strategi subdisi silang merupakan kunci dari bisnis ini. Pelanggan yang membayar layanan premium akan mensubsidi pelanggan yang masih versi standar. Pelanggan yang membayar akan memperoleh berbagai macam benefit, privilege atau perlakuan istimewa oleh perusahaan yang tidak dapat dirasakan oleh yang versi standar.

Salah satu contoh adalah dropbox, memberi versi gratis untuk pengguna yang menyimpan dokumen-dokumen mereka dengan metode cloud computing,  namun akan memberi layanan yang lebih baik, kapastias lebih besar, dan beragam fitur tambahan bagi pengguna yang membayar atau berlanggan secara bulanan.

Dropbox memberi layanan kepada pengguna yang ingin menyimpan dokumennya (gambar, video, dokumen atau software) melalui smartphone atau laptop (PC) yang secara otomatis tersingkronisasi melalui akun yang kita miliki di dropbox. Pengguna pun dapat melakukan menyimpan file, melakukan backup, dan  berbagi dengan pengguna lainnya kapan pun dan dimana pun tanpa harus membawa flash disk.  

Dropbox menyakini bahwa pelanggan versi standar, yang masih menggunakan layanan penyimpanan (cloud) dokumen secara gratis, akan berpindah menjadi pelanggan premium untuk memenuhi kebutuhan mereka yang lebih spesifik (kompleks), mendapatkan kualitas layanan yang jauh lebih baik dan besar dibanding hanya menjadi pelanggan standar, tidak akan terganggu dengan iklan yang muncul, jaminan costumer support yang lebih baik. Pelanggan ini teredukasi untuk membayar demi memperoleh layanan yang lebih maksimal tersebut.

Freemium ini sendiri bisa kita terapkan bila biaya produksi produk kita mendekati marginal atau sangat murah. Kemampuan meminimalkan biaya operasional perusahaan, memperoleh pemasukan lain dari penjualan produk seperti misalnya penawaran iklan bagi pelanggan versi standar adalah suatu kemampuan yang harus diciptakan bagi usaha model freemium.

Salah satu strategi terbaik bagi perusahaan adalah dengan menerapkan masa expired (waktu terbatas). Memberikan masa terbatas bisa juga memberi feedback bagi kita seberapa serius pelanggan ini terhadap layanan kita. Hal ini akan memberi bahan evaluasi terhadap sejauh mana produk kita memiliki nilai (value) dimata pelanggan.  

Beberapa penelitian dari perusahaan yang menjalankan bisnis model dengan konsep freemium ini mengatakan bahwa 5 persen pelanggan yang membanyar (premium) akan mampu menutup biaya operasional mereka dari 95% pelanggan yang gratisan. Tugas berikut adalah bagiamana mengedukasi pelanggan yang belum menjadi premium untuk membayar layanan kita. Selamat mencoba.  


A.M.Nur Bau Massepe
Lecture, Research & Consulting

(pernah dimuat di Harian Ujungpandang Ekspress edisi Juni 2017)