Kamis, November 23, 2017

Memahami Bisnis Model (2)




Melanjutkan kembali tulisan tentang model bisnis kita. Model bisnis kini dipandang sebagai suatu strategi bisnis, dengan kata lain cara pengusaha menjalankan usahanya. Melihat banyaknya perusahaan saat ini yang berhasil meraih keunggulan dan memenangkan persaingan karena mereka mampu menciptakan model bisnis yang tepat, kini berbagai macam pendekatan atau pun tools diciptakan oleh pakar manajemen untuk mengembangkan bisnis model bagi persuahan.

Business Model Canvas (BMC) merupakan tools yang saat ini paling banyak diadopsi karena sifatnya sangat mudah dipahami. BMC merupakan model yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pygneur sekitar tahun 2007. Selain itu Business Model Navigator oleh Oliver Gassmann (2015) merupakan salah satu konsep pengembangan model bisnis yang bisa dijadikan referensi lainnya.

Membahas tentang model bisnis dalam ranah ilmu manajemen dan bisnis setidaknya model bisnis itu harus menjawab hal berikut ini: (1) Pelanggan (costumer); siapa konsumen yang disasar dalam bisnis kita? Pengusaha harus memahami dengan tepat segmen konsumen mana yang akan kita layani. Segmen pelanggan mana yang akan memberikan potensi bisnis yang besar.

Para pakar pemasaran  mengatakan pelanggan adalah inti dari semua bisnis. Tanpa pelanggan (yang memberi keuntungan) tidak ada perusahaan yang mampu bertahan. Oleh karena itu penting memahami dengan baik siapa pelanggan kita, siapa segmen pasar kita dan target pasar kita dengan baik, agar kita dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan mereka yang spesifik itu, dan tugasnya kita untuk menciptakan produk/jasa yang tepat untuk mereka.
Selanjutnya (2) Proposisi nilai atau nilai unggul apa yang kita tawarkan? Hal ini menjawab pertanyaan mengapa konsumen pantas membeli atau menggunakan produk kita, solusi apa yang kita tawarkan ke pelanggan sehingga mereka beralih dan pindah dari produk pesaing kepada kita.

Hal inilah mengapa konsumen pengguna jasa tranportasi taksi beralih kepada taksi online seperti Uber, Karena konsumen tidak perlu menunggu lama untuk dijemput oleh taksi konvensional, dengan aplikasi kita dapat menemukan “taksi” yang bergabung dengan jaringan Uber terdekat. Selain itu kita pun tidak perlu direpotkan dengan persoalan uang kembalian karena pembayaran dilakukan secara digital. Adanya harga yang sudah pasti dan terprediksi menjadi keunggulan layanan taksi ala Uber, kita pun tidak perlu was-was merasa di kelabui oleh sopir taksi.

Hal ketiga (3) adalah rantai nilai, hal menjawab pertanyaan bagaimana cara menghasilkan penawaran atau menciptakan produl/jasa nilai unggul tadi. Sumber daya apa yang harus kita miliki untuk memenuhi nilai unggul atau proposisi nilai yang dbutuhkan oleh pelanggan kita. Sumber daya ini meliputi orang-orang yang kita miliki (SDM), sumber daya fisik seperti bangunan, kendaraan, peralatan, atau teknologi seperti aplikasi, software ataupun system yang kita miliki. Asset-aset intelektual, paten, atau merek.  

Selain itu key activities (aktifitas utama) dalam proses bisnis kita harus lah mendukung untuk menciptakan keunggulan bersaing kita. Aktifitas utama merupakan kegiatan proses produksi bermula dari perangcangan, pembuatan dan penyerahan (delivery) produk/jasa usaha kita kepada pelanggan. Rantai nilai juga harus didasari oleh memiliki mitra atau partner yang tepat. Kesuksesan usaha kita tergantung dari pemilihan partner bisnis yang akan menjadi supplier, pemasok, agen atau distributor produk/jasa kita kepada konsumen nantinnya.

Hal terakhir dalam komponen model bisnis adalah pertanyaan keempat (4) mekanisme laba. Apa yang membuat usaha kita mendapatkan keuntungan? Hal apa dari bisnis kita akan membuat pelanggan bersdia membayar kita? Ini penting karena tanpa ada laba yang optimal bisnis kita tidak akan bisa bertahan jangka panjang. Dan inti dari bisnis adalah tentunya adalah menghasilkan laba.

Esensi dari pendekatan model bisnis ini sebenarnya memberikan pemikiran kembali bagi pengusaha atau entrepreneur bahwa apakah usaha kita sudah on the right track? Ataupun bila usaha kita selama ini masih untung, jangan tenang dulu bisa saja akan muncul perusahaan kompetitor yang akan mengancam keberlangsungan usaha kita. Atapun sebaliknya bila usaha yang kita jalankan sampai sekarang masih rugi terus, bisa saja model bisnis kita telah usang dan tidak tepat untuk bersaing kondisi pasar saat ini.


PenulisDr.A.M.Nur Bau Massepe, MMPernah di mudat di Harian Ujung Pandang Ekspressedisi Oktober 2016