Minggu, Desember 12, 2004

jobbless time. :..(

jobless time

Masa jobless,.. seperti saat ini bagi ku sungguh tidak mengenakkan.
Dua hal yang paling ku benci didunia ini. Takkala aku jadi plin-plan
dan masa vakum. Masa vakum saat ini, tidak punya orientasi apa-apa.
Bangun tidur, baca buku, ngenet, bergulat dengan pikiran ku sendiri.

Mungkin saya harus nikmati masa kevakuman ini,..karena bagiku
setiap masa-masa hidup kita punya masa-masa tersendiri
Adalah keasyikan tersendiri, saya banyak waktu untuk membaca.
Hal yang sedikit berkurang takala kuliah s-2 saya.
Kuliah menutut banyak waktu untuk membaca buku-buku kuliah,
dan kerja tugas, seperti big paper, dan penyelesaian kasus-kasus yang cukup
rumit itu.

Saat ini, minat baca ku kembali tumbuh dalam bidang sosial, dan keaagaman,
yang saya rasa sudah lama tidak terjamah.
Lalu kebiasan baru yang mengingatkan ku pada romatisme sewaktu s-1,
bergulat dalam bidang tulis menulis,..
ada semacam "kesakauan" tersendiri, bila menulis sesuatu hal yang menggelitik
dalam pikiran kita, dan itulah kebiasan baru sat ini, menulis dan menulis
my blogspot ku,..be blogger....

menulis itu mah just do it..aja.!!

“Kita semua adalah penulis. Dalam diri kita semua ada bakat untuk curhat, seperti berbagi perasaan dan pikiran, menceritakan atau menerangkan bagaimana sesuatu. Dorongan untuk menulis sama dengan dorongan untuk berbicara (curhat). Jadi menulis itu adalah sangat lahiriyah, dan semua pun bisa sehingga tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa” saya tidak berbakat.
Bobbie de poter penulis buku quantum learning.


Slogan dari perusahaan sepatu Nike (Just do it) bagi teman-teman yang ingin menjadi seorang penulis sangat cocok di pedomani. (Namun sayang pabrik sepatu Nike sudah hengkang dari Indonesia pada akhir tahun 2002 kemarin, alasannya Indonesia penuh resiko untuk berinvestasi saat ini). Alasannya, kita tidak akan pernah menghasilkan sebuah tulisan sampai seratus tahun sekalipun bila kita tidak memulai mencoba menuliskan apa yang ada di kepala kita diatas selebar kertas. Untuk itu yang terbaik segera lah menulis.
Masalahnya yang sering muncul bagaimana kah membuat sebuah tulisan yang baik dan benar. Bagaimana cara menulis terutama bagi yang masih pemula. Terkadang bingung apa yang mau di tulis pertama kali bila saat sudah mulai duduk di depan komputer. Itu semua dalah persoalan klasik yang pasti di hadapi oleh para penulis-penulisa handal.

Kesempatan kali ini, saya tidak akan mengutarakan panjang lembar tentang apa itu menulis, jenis-jenis tulisan, bagian-bagian sebuat penulisan itu semua sudah dipelajari pada kelas bahasa Indonesia sewaktu SMP dan SMU dahulu. Dan bila mau berusaha sedikit beli lah buku tentang penulisan yang ada ditoko-toko buku.
Buku-buku karya penulis produktif seperti Andreaf Harefa dan Hernowo mengenai penulisan merupakan buku yang baik dijadikan rujuan. Pada kesempatan kali ini saya akan coba berbagi bagaimana melahirkan sebuah proses kreatifitas dalam dunia tulis menulis dalam diri kita masing-masing, mulai dari “efek bola lampu” (pemunculan ide), kemudian menulisaknnya, pengkoreksian kemudian menuliskannya kembali menjadi sebuah tulisan yang terbaik dari hasil team work antara jari-jari dan otak serta hati dari teman-teman.
Menulis diawal-awal itu susah. Terkadang satu jam di depan komputer belum tentu ada yang kita tuliskan, malah sering kita merobek berpuluh kertas gara-gara setiap menulis diawal selalu merasa tidak puas, dan merasa salahserta tidak sesuai dengan maksud kita.
Untuk menulis,sebaiknya teman-teman;

1.Mencari waktu dan tempat yang enak sesuai selera hati dan otak untuk menulis. Karena menulis itu sebenarnya melibatkan aktifitas dua otak yakni otak kiri (logika) dan otak kanan (emosi). Aktifitas otak kiri seperti perencanaan, outline, tatabahasa, penelitian/analisa dan penyuntingan. Sedangkan otak kanan meliputi semangat, emosi, imajinasi, gairah, dan spontanitas.

2.Rileks, jangan sampai otak kanan lebih dominan, efeknya akan timbul perasaan takut salah, tidak puas, tegang hal ini menggangu kinerja otak kiri yang cenderung lebih logika, sistematis. Outline yang sudah sistimatis akhirnya kita ubah kemudian kita pun menjadi bingung kembali akibat kerja otak kananyang lebih dominan. Akhirnya bingung lagi, tegang, takut salah campur menjadi satu akhirnya stres. Jangan sampai teman-teman kena darah tinggi, marah-marah tanpa sebab alias BeTe. Lebih parah lagi kalau harus masuk rumah sakit.

3.Buat lah Outline bila teman-teman belum memilikinya. Tapi sebelum itu kita harus mencari dan mengumpulkan bahan, hasil reportase, dan data-data statistik terlebih dahulu. Outline bisa juga di buat sebelum pencarian bahan tergantung penguasaan kita terhadap suatu permasalahan.

4.Biar tidak bosan pergunakan musik (anjuran Bobbi de Porter adalah musik klasik/barok, atau instrumen, jangan lagu yang dimengerti bahasanya, soalnya kita terkadang ikut menulis teks lagunya, didepan komputer bisa juga ikut melamun and akhirnya tidak jadi menulis) biar otak kanan lebih terangsang dan tidak mengganggu kinerja otak kiri kita yang sudah penuh dengan opini-opini dan data-data yang sudah sistematis.

5.Terus lah menulis. Jangan takut salah. Menulis paragraf pertama memang kadang lama. Tapi tulis lah dulu apa yang ada di kepala. Jangan pikirkan apakah ini masih sesuai tema. Lebih baik menulislah per paragrap-per-paragrap. (lebih baik langsung di komputer). Jangan pedulikan apakah sesuai dengan tata bahasa atau EYD. Pokoknya menulis saja, rasakan bila ide itu sudah mengalir bagai ember bocor berarti proses kreatif teman-teman sudah berjalan. Jangan di sumbat.

6.Bila teman-teman buntu pada suatu pokok masalah atau sub tema tertentu. No problem. Segerahlah beralih ke sub tema /pokok masalah lainnya. Dan kembali lah ber-ember bocor tanpa mempedulikan sub tema yang tadi sedang terumbat.

7.Setelah selesai dan teman-teman rasa cukup. Dan bila kepala sudah mendidih. Maka berhenti lah. Istirahat dulu. Kalau perlu pergi lah jalan-jalan misalnya keangkringan, bergaul dengan teman-teman, mencuci pakaian. Terserah yang penting bisa rileks sejenak. Bila sudah merasa pulih kembali lanjutkanlah seperti nomor 2 diatas tadi.

8.Kalau pun belum rampung juga, tinggalkan saja. Besok dilanjutkan kembali.

9.Bila sudah selesai, dalam jangka waktu yang cukup lama misalnya dua hari. Coba baca kembali tulisan kita untuk proses pengeditan/pengkoreksian. Posisikan diri kita sebagai seorang redaktur atau editor.

10.Sebagi editor lihat kesalahan yang mana tidak sistematis, lihat yang mana melenceng dari tema, apa ada data yang kurang. Beri tanda kesalahan tersebut dan lanjutkan sampai akhir tulisan. Setelah itu adakan revisi atau perbaikan. Sebaiknya di-print biar enak dan bisa dibaca keman-mana.

11.Cara efektif lainnya adalah dengan menyuruh kawan kita untuk membaca tulisan tersebut, dengar apa yang menurut mereka masih kurang. Entah itu tata bahasanya, ide-ide kita yang sudah kuno, tidak dipahami, EYD, pakoknya yang membuat tulisan kita tidak layak jual.

12.Kemudian cek kembali dan lakukan penulisan ulang terhadap semua input yang teman-teman dapat kan tadi (bila input itu memang benar).

Demikian dua belas langkah sukses menulis dari saya. Semuanya itu hanya masukan. Dan menurut saya setiap orang punya gaya proses penulisan sendiri-sendiri. Cari cara-cara efektif buat teman-teman untuk menulis.

Selamat menjadi penulis.


Andi Nur BM
(pernah disampaikan pada pelatihan penulisan DIKLAT DASAR UKM Jurnalistik 2000)

Takdirmu dan Usahamu

ANtara Takdir dan Usaha


Kehidupan sukses sesungguhnya dijalani melalui pemahaman dan kesetian menelusuri
lika-liku kehidupan kita sendiri bukan dari pengejaran mimpi-mimpi atau harapan-harapan orang lain.(Ching Ning Chu)




Malam ini saya iseng aja, membongkar buku-buku yang masih tetap rapi di rak kamar ku.
Tanpa sengaja buku Ching Ning Chu, yan berjudul Thick Face black heart ku tarik
dari posisinya. Sekedar informasi saja Ching Ning Chu itu seorang wanita, yang
kalo boleh saya juluki superwoman dari Asia. Beliau merupakan pembicara dan konsultan
yang cukup disegani di Amerika sana. Beliau digelari sebagai pakar
dalam strategi bisnis dan teknik negoisasi dengan sentunan falsafah Timurnya.
Perusahaan yang sudah pernah menjadi kliennya seperti IBM, Boeing, P&G, Toyota Corporation, Ernst&Young, dan masih banyak lagi.

Walupun besar di Amerika, dia bukan tipe kacang lupa akan kulitnya. Karya-karyanya
malah digemari oleh pebisnis dunia, karena buku-bukunya seperti Asian Mind Game yang berisis pola pikir yang harus diketahui oleg pebisnis internasional akan budaya bisnis orang asia khususnya budaya cina.

Simak apa yang dituliskan mengenai takdir hidup. Pertanyaan yang sering muncul dalam diri kita masing-masing "apakah kehidupan ini memang takdir atau hasil upaya dari kita sendiri?".

Dalam alam pikiran tokoh kita ini, mengatakan bahwa takdir memang ada bagi setiap insan yang lahir dibumi ini, takdir itu bukan lah suatu kebetulan. Sama seperti logika bukannya kebetulan saya lahir di kota makassar, dibesarkan dalam keluargaku sekarang, menjalani pendidikanku saat ini, pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam hidup ini. Menurutnya, kita masing-masing dilahirkan dalam lingkungan tertentu untuk mengisi takdir kita yang telah ditentukan oleh Nya. Tapi Ching NIng Chu menggaris bawahi bahwa harus ada upaya kerja keras, tekad yang pantang menyerah. Kalau belum dicoba sampai tuntas, bagaimana dapat kita ketahui apa takdir kita. Dia lebih mementingkan motivasi untuk ketahanan, keuletan, keberanian dan kesetiakawanan. Katanya, sekalipun Anda sudah tahu takdir Anda sekalipun, ia hanya bisa jadi berarti sesuai seberapa jauh upaya yang ANda telah curahkan untuk membuatnya menjadi kenyataan. Takdir dan upaya sendiri merupakan dua roda dari gerobak yang sama.

Kemudian saya pun berpikir, bagaimana kita mengetahui takdir kita dimasa depan seperti apa? Sementara logikanya kita tidak pernah hidup dimasa depan? Kita hanya mampu merasakan dengan panca indera dan pengalaman diri kita dimasa lampau? Tapi apakah ada diantara kita yang dapat merasakan bagaimana keadaan dan takdir hidup kita dimasa depan? Bagaimana rumah kita, bagaimana anak-anak kita, kehidupan seperti apa yang kita nikmati, apakah berlimpahan materi atau terjerat dengan kemiskinan.

Saat ini banyak pakar seperti Athony Robbin berbicara mengenai kekuatan dari pikiran. Bahwa pada dasarnya manusia memiliki kekuatan bawah sadar yang bisa menggerakkan kita meraih sesuatu yang kita impikan? Tekniknya dalam training-training yg diadakan banyak perusahan Multi level Marketing, dengan membuat daftar impian, dan menuliskannya sedetail mungkin hal-hal yang betul-betul kita impikan.

Buku Athony Robbins, dalam unlimited power, pun memaparkan bahwa untuk sukses. (definis sukses menurut cherlie)
kita harus memulai dari akhir dimana kita berada. Kemudian mengurakaian kebelakang (mundur. Nah teknik ini di "yakini" mampu membawa kita kepada yang namanya kesuksesan itu. Tentutidak berhenti hanya sampai dengan penggambaran sukses dalam pikiran bawah sadar kita, anthony juga menekankan perlunya daya upaya untuk meraih hal tersebut.

Begitulah kira-kira pergulatan bahwa definis takdir itu kita jalani saja seperti air, atau takdir
itu kita mulai dari penciptaan karena proses kekuatan pikiran (otak) kita.
Saya sampe saat ini masih mecari jawabannya. Tetapi yang jelas yang saya yakini saat ini,masing-masing manusia punya takdir sendiri untuk sukses, kita harus berusaha berjuang dan berdoa untuk memenuhi takdir kita masing-masing.


Andi Nur BM

internet dan keterbukaan itu

Siapkah dengan perubahan "keterbukaan" yang ditawarkan oleh kemajuan Telekomunikasi dan Komunikasi (internet). Segala informasi mengenai seseorang bisa kita lacak dengan mudah lewat gerbang yang namanya internet.

Suatu hari iseng saja saya mengecek nama seorang caleg di daerah saya (makassar), di search engine google waktu itu musim pemilu ditahun 2004. Saya kaget ternyata ada. Saya telusuri ternyata artikel yang pernah dimuat suatu media massa, itupun media massa underground, tahun 1996an. Berita itu pun (soft copy) nya diposting disebuah mailig list dan website yang khusus membicarkan KKN keluarga Soeharto. Nah disitu diberitakan bahwa orang yang namanya saya ketik itu pernah terlibat suatu bisnis "haram" berkerja sama dengan cucu Soeharto (mantan Presiden Indonesia). Dan media massa mengecam bisnis pe-labelan minuman keras tersebut.

Dari pengalaman tadi, pikiran saya pun melayang ke masa kecil teringat pada guru agama yang menasehati bahwa sejak kecil sampai kita mati, setiap manusia senantiasa akan dipantau oleh dua malaikat, satu yang bertugas mencatat segala perbuatan baik kita dan satunya lagi mencatat perbuatan jelek sepanjang waktu hidup kita di dunia ini. Kasus search nama tadi membuat saya berpikir. Internet itu seperti yang dikatakan oleh guru agama saya itu. Begitu mudah saat ini informasi kita akses, termasuk hal-hal yang mengandung “dosa” atau “kebajikan” yang pernah kita perbuat. Jangan-jangan begitu kita online segala catatan-catatan perbuatan kita didunia telah tercatat dalam suatu data warehouse (gudang data) di ruang cyber yang namanya internet.

Pernahkah pembaca menonton film The Net yang dibintang Shandra Bullock, Bertutur seorang programer pintar difitnah dengan cara data-datanya dimanipulasi oleh si Jack programer yang jahat. Begitu kepolisian mengakses data basenya, maka gadis programer pintar itu akan bertertuliskan bahwa dia seorang narkotik, buron dan dikabarkan banyak catatan kriminalnya. Padahal gadis itu sebenarnya gadis biasa-biasanya saja, hobinya hanya mengutak-ngatik program komputer dan bertukar pengetahuan sesama programer lainnya diseluruh dunia. Itu salah satu contoh bahwa internet dapat menjadi "jahat" bagi diri kita. Semua hal tersebut diatas merupaka suatu contoh bahwa internet bisa mencabuli diri kita.


Catatan saya negara-negara maju seperti Amerika telah mengarah ke sana. Suatu system data yang terintegrasi. Data terintegrasi yang dimaksudkan disini adalah suatu pendataan profil perorangan maupun intitusi dapat dengan mudah ditelusuri oleh lembaga-lembaga yang memiliki otoritas dari negara bersangkutan. Seandainya kita sampai ke taraf dimana semua informasi mengenai diri kita dapat diketahui oleh orang lain. Segala track record kita dapat terlihat bila kita mengunjungi situs tertentu atau seperti google misalnya. Kita hidup seperti di telanjangi, privasi saat ini begitu tidak dapat lagi kita tutupi (tidak memiliki lagi suatu privasi), apabila kita menjadi publik figure, seperti artis, pejabat Negara, ataupun atlet terkenal dan sebagainya.

Kembali membicarakan apakah internet itu seperti malaikat pencatat kebaikan dan keburukan. Di akhir tahun 2004 ini, saya mencoba merefleksi diri untuk belajar bersikap, berpikir, dan belajar untuk menjadi bijaksana di tengah gelombang hidup yang serba berubah dan penuh kebingungan ini.

Pengalaman saya yang baru beberapa tahun (kurang lebih 6-7tahun) bergelut dengan dunia cyber (internet), memberi suatu makna berpikir dan belajar yang luar biasa. Internet merupakan dunia yang tidak dibatasin oleh dimensi-dimensi fisik dan waktu. Dalam pandangan sebagian orang kehidupan internet merupakan dunia yang tanpa batas, dunia tanpa aturan, dan dunia kebebasan. Dalam buku Filosofi Naif-nya Pak Onno W.Purbo, sempat dibahas, bahwa “tiada Tuhan di dunia cyber”. Betul, bahwa tahap awal mengenal Internet, saya begitu asyik menikmati “kebebasan” yang mungkin didunia nyata sangat terbatas dan tidak berlimpah seperti didunia maya. Mulai dari potongan tubuh artis-artis ngetop lokal maupun global, sampai gambar-gambar yang menyeramkan (mayat terpotong, tergilas kereta dan lainnya). Mengakses situs-stus manula, dewasa sampai anak-anak. Nimbrung di milis-milis dan terlibat diskusi, ikut memaki segala kebobrokan pemerintah atau suatu lembaga tanpa mengetahui detail masalahnya. Memang suatu keasyikan sendiri, melampiaskan unek-unek, melontarkan pendapat dan ide, dan ditanggapi oleh rekan netter lain, kemudian setelah itu berganti topik yang lebih asyik.


Tindakan yang tidak sopan, yang kasar, asusila, dan tidak pantas (etis) bila dilakukan di dunia nyata menjadi sesuatu yang lumrah di internet. Tuntutan hukum bagi yang berbuat asusila di ruang publik sangat jarang di dapatkan, malah penegak hukum pun kadang di tertawakan bila mulai mencoba menggunakan tools yang bernama hukum itu di ruang publik (internet). Fenomena yang saya renungkan adalah sebuah pergeseran pribadi diri kita yang “terbiasa” hidup didunia nyata, kini masuk pada suatu ruang publik yang maya (public cyber space).

Lain ladang lain belalang. Bila kita memasuki ruang publik yang maya, suka tidak suka kita akan mengalami proses adaptasi baru, dengan “lingkungan sosial” yang baru, para riset dunia cyber menyebutnya network society. Lingkungan baru yang menurut padangan saya adalah suatu lingkungan sosial yang menawarkan keterbukaan, bebas berpendapat, siap dihujat, kebanjiran informasi tanpa peduli itu bermoral atau tidak, etis atau tidak. Kita harus siap mendapat suatu ke”cabulan” atas suatu kebebasan itu.

Akhirnya, kembali pada diri kita. Pembelajaran demi pembelajaran akan menerpa kita dalam proses kematangan sosila baru itu. Kita “harus belajar” kalau tidak mau terjerembab kedalam “lubang” keterbukaan yang dalam hati nurani saya terdalam menganggap itu sebagai suatu yang tidak wajar jauh dari nilai kebenaran. Belajar tuk lebih bijaksana.


Penulis:
Andi Nur Baumassepe
Copyright, ngayogyakarto desember 2004
HARGA


Sebuah catatan di awal tahun 2000


Saya mempunyai sebuah cerita, yang diperoleh dari milis irfan seed tentang patung marmer dan lantai marmer. Suatu ketika, di museum yang sangat besar di sebuah kota. Di dalamnya terdapat beberapa patung marmer, dengan beralaskan lantai marmer yang indah. Patung itu, terpasang di ruang utama, dan menjadi perhatian setiap pengunjung yang datang kesana. Begitu banyak dan beraneka ragam pelancong yang datang baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri itu. Para pengunjung pun rata-rata kagum akan keindahan patung marmer itu.

Pada suatu malam, si lantai marmer, dimana dekat patung itu berada berkata, "Hei, Patung Marmer, ini sungguh tidak adil, sungguh tidak adil. Kenapa setiap pengunjung yang datang itu, hanya mengagumi mu, sementara mereka menginjakkan kakinya berdiri di atas tubuhku. Aku selalu terhina dengan ini semua, aku selalu diinjak-injak. Ini sungguh tidak adil !" Patung itu lalu menjawab, "Tenang sobatku lantai marmer. Apakah kamu masih ingat, kita sesungguhnya berasal dari gua yang sama? Bukankah kita sama-sama lahir dari tempat itu? Si Lantai Marmer kembali berseru, "Yeah, itulah yang membuatku tambah tidak adil. Kita lahir dari tempat yang sama, namun, kini, kita mendapat perlakuan yang berbeda. Tidak adil ! Dengan tenang, Patung itu berkata, "Lalu, apakah kamu juga masih ingat saat ada seorang pematung yang datang kepadamu, namun, kamu menolak itu semua? Lalu kamu tak mau untuk diukir oleh pahat-pahat itu? "Ya, tentu saja, aku masih ingat, ujar si Lantai, "Aku benci pria itu,bagaimana mungkin aku bisa menerimanya? Pahat-pahat itu sangat menyakitkan diriku.

"Betul, pematung itu tak bisa bekerja membuat karya, sebab, kamu menolak untuk diukir olehnya, ujar si Patung. Lantai itu bertanya lagi, "Lalu, mengapa demikian?.
Dengan tetap sabar Patung itu berkata, "Sobatku, saat pematung itu selesai denganmu, dan mulai mengukirku, aku yakin, suatu saat, aku akan tampil berbeda. Aku akan menjadi lebih baik suatu saat nanti. Aku juga tahu, kerja kerasnya akan membuatku tampil lebih indah dan berharga. Aku berubah melebihi keadaan ku sebagai batu marmer. Aku menerima semua alat yang digunakannya. Walaupun memang, semua pahat-pahat itu begitu menyakitkan tubuhku.

"Sobatku, ada sebuah harga untuk semuanya di dunia ini. Saat kamu menolak untuk menerima semua ujian itu, jangan salahkan orang lain jika mereka semua menginjak-injak tubuhmu. Si Lantai Marmer hanya terdiam merenungi kata-kata si patung itu.

Kisah diatas memberi makna mendalam bahwa dalam kehidupan ini memiliki "harga-harga" terhadap sesuatu yang akan kita peroleh kelak. Semuanya tidak ada yang gratis. Terkadang kita sering menghindar dari sayatan-sayatan alat pahat dari pengukir yang sebenarnya taklain adalah sebuah ujian bagi kita. Kita tidak sabaran untuk memperoleh sebuah hasil, tanpa kerja keras menghadapi semua ujian yang kita tempuh. Jangan lah muncul ke irian dan kesirikan kita takalan ada batu marmer lain yang karena kesabarannya, ketekunannya, dan usahanya untuk bertahan menghadapi proses kehidupan dari tangan sang pengukir. Begitu banyak air mata, karena menahan rasa sakit itu, begitu banyak waktu dan tenaga yang telah dicurahkannya. Dan dari "harga-harga" yang telah dihasilkan tadi kemudian terbentuk lah dia menjadi sebuah sosok lain yang lebih bagus dan indah dari "harga" asalnya sebongkah batu.

Dengan itu semua, akhirnya dia meninggalkan goa tempat yang pengap, gelap gulita, dan kini bermukin disebuah museum yang megah dan nyaman, dan disitu pulalah dia mendapat tempat terhormat dalam sebuah ruangan khusus kemudian orang-orangpun (pengunjung) mengaguminya. Tidak seperti nasib batu marmer yang lain yang cuman menjadi tempat pijakan orang-orang karena "harga" yang diperolehnya hanya menghasilkan dirinya menjadi lantai marmer yang letaknya dibawah. (sumber: internet)

Kalau saya analogikan keadaan bangsa kita ini, seperti kisah batu marmer tadi. Semenjak reformasi bergulir untuk sebuah proses (transformasi), telah begitu banyak penderitaan, kesakitan-kesakitan yang kita alami. Telah banyak pengorbanan entah itu materi, maupun non-materi, airmata dan darah, waktu dan tenaga dan lainnya. Kasus-kasus kemanusian, konfik antar etnis, kerusuhan massal, yang terjadi di level bawah, sampai ke disintegrasi bangsa, pertikaian antar elite politik yang tidak jelas ujung pangkalnya, kemudian timbul resesi ekonomi, inflasi yang sangat merugikan perekonomian kita dan rakyat pun menjadi menderita karena masalah-masalah tersebut. Kesemuanya itu menjadi "harga-harga" yang harus kita bayar. Sepertnya kita harus bersabar untuk menunggu tangan-tangan pengukir, yang sedang menguji bangsa ini apakah layak menjadi sebuah patung marmer yang berharga atau kah hanya sebuah lantai marmer yang untuk diletakkan dibagian bawah. Bangsa ini sedang dibentuk, cita-cita bersama adalah sebuah patung demokrasi yang indah. Semua elemen-elemen bangsa sedang menuju kesana. Tinggal bagaimana kita semua menyikapi permasalahan yang terjadi. Jangan sampai proses atau ujian ini hanya menjadikan kita sebagai bangsa yang kedudukannya seperti lantai marmer, yang bernasib untuk diinjak-injak oleh orang-orang karena "harga" kita hanya segitu.

Padahal kita ini berasal dari asal yang sama, sama seperti negara-negara adidaya lainnya yang katanya telah matang berdemokrasi itu. Akankah kita terus dibawah kapan kita menduduki tempat yang terhormat itu seperti patung maremr dalam sebuah museum.
Ada sebuah ungkapan permenungan yang patut kita renungi bersama, yaitu untuk membuat impian kita menjadi kenyataan, kita harus lah mau menukarkan dengan sebagian dari kehidupan kita.




Oleh:
Andi Nur Baumasepe M.
dipulikasikan Majalah MOTIVATOR edisi 6 tahun 2000