(REFLEKSI HARI
PENDIDIKAN NASIONAL)
sumber: https://merahputih.com |
Perguruan Tinggi masih kurang memaknai pendidikan kewirausahaan sebagai salah satu tugas penting dalam mencetak manusia-manusia unggul dimasa depan yang berkonstribusi dalam pembangunan.
*****
Kisah Mahasiswa Wirausaha
SyamsuddinYunus
merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis di salah satu Perguruan Tinggi
Negeri di kota Makassar. Dia lebih dikenal dengan sebutan Ampa Bakery sesuai
nama usahanya. Salah satu mahasiswa yang berhasil memperoleh dana dari Program
Mahasiswa Wirausaha (PMW) dari Kemenristekdikti ditahun 2016. Berbekal modal lima
belas juta dari program PMW inilah (sejak tahun 2009 telah digulirkan oleh
pemerintah) dia pun memulai debutnya sebagai mahasiswa wirausaha dengan membuat
donat dan roti.
Karakternya
yang ulet, pantang menyerah, dan keyakinan yang tinggi untuk berhasil, akhirnya
usahanya pun berkembang. Lahir dan besar dari keluarga yang kurang mampu,
ayahnya hanyalah seorang nelayan kecil di Lamangkia, Takalar. Pada masa SMP/SMA
dia sudah terbiasa menjual roti dan kue-kue di sekolah dan sekitarnya hanya
untuk membiaya hidup keluarga dan belajarnya.
Singkat
cerita hanya dalam waktu dua tahun usahanya kini memiliki 5 (lima) outlet
dengan bantuan pelatih bisnis (business
coach) omzetnya pun melejit dan usahanya lebih fokus. Kini omzet usaha
rata-rata 60-70 juta perbulan dan terus berkembang. Dia mampu memperkerjakan tujuh
orang karyawan tetap dan beberapa karyawan lepas lainnya.
Ampa
bakery memproduksi donat khas rumput laut sebagai suatu produk inovatif, ini
dari penelitian intensif dari beberapa eksperimen yang diperoleh dikampus. Donatnya
kini menjadi populer di Kabupaten Takalar tempat Syamsuddin besar dan lahir. Dengan
naluri bisnisnya menjadikan donat khas rumput laut-nya sebagai salah satu oleh-oleh
khas daerah. Ini sebagai solusi dari minimnya produk-produk khas dari
daerahnya.
Pemerintah
kabupaten Takalar(Sulawesi Selatan) pun memberi dukungan untuk hal itu. Dia pun
turut aktif menginspirasi pemuda-pemuda di desanya untuk belajar berbisnis dan
menggiatkan kewirausahaan dengan menciptakan
produk inovasi berbasis keunggulan lokal daerah salah satunya rumput
laut.
Pendidikan yang menciptakan
wirausaha baru
Dalam
renstra kemenristekdikti 2015-2019 dinyatakan bahwa dalam visi yakni “Terwujudnya pendidikan tinggi yang bermutu
serta kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa”.
Di
tetapkan lah Sasaran Strategi Pertama yakni Meningkatnya kualitas pembelajaran
dan kemahasiswaan pendidikan tinggi yang mana Indikator Kinerja Sasaran Strategis adalah Jumlah mahasiswa
yang berwirausaha diakhir tahun 2019 diharapkan ada 4000 mahasiswa yang
berwirausaha.
Lain ladang lain belalang
Tidak
semua perguruan tinggi memiliki kebijakan pengembangan kewirausahaan sebagai
suatu capaian pembelajaran dalam rencana strategisnya. Hal ini masih dapat
dimaklumi karena paradigma keberhasilan alumni yang sukses bila berhasil
menjadi Aparatur Sipil (ASN) atau bekerja di BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah,
Multinational Company (MNC), menjadi Politisi, bukan sebagai Pengusaha
(Wirausaha).
Selain
itu kewirausahaan masih di anggap sebagai suatu kegiatan ekstra-kulikuler atau
kegiatan kemahasiswaan belaka yang akan berhenti sendiri bila mahasiswa lulus. Padahal
tidak semua mahasiswa memilih jalan hidupnya sebagai pekerja kantoran atau ASN,
banyak diantara mereka lebih bahagia bila memiliki usaha sendiri dan menjadi
pengusaha kecil atau UKM (Usaha Kecil Menengah), karena nilai-nilai anak muda zaman now adalah kemandirian dan
kebebasan serta fleksibilitas yang tinggi.
Komitmen
pimpinan perguruan tinggi juga masih rendah terhadap penciptaan wirausaha baru
terhadap lulusannya. Celakanya banyak Perguruan Tinggi hanya berorientasi bahwa kewirausahaan adalah
suatu project base yang sekedar
dijalankan karena ada anggaran dana yang harus dihabiskan dari
kemenristekdikti, bukan sebuah perencanaan jangka panjang yang menjadi bagian
dari penjabaran tujuan pencapaian keberhasilan dari perguruan tinggi kepada masyarakat
dan pembagunan didaerah.
Kisah
mahasiswa wirausaha diatas sebenarnya bisa role
model bahwa perguruan tinggi dapat memainkan perannya dalam menciptakan
wirausaha baru. Perguruan Tinggi selain menciptakan profil lulusan berkopetensi
profesioanl dan sebagai ilmuwan, dengan mahasiswa wirausaha akan memberi dampak
terhadap pengurangan jumlah pengangguran dan mampu menciptakan lapangan
pekerjaan.
Mahasiswa
wirausaha pun juga akan memberi konstribusi kepada lingkungan sekitarnya, dalam
skala besar akan menciptakan perkembangan industri-industri baru. Tentu ini
akan menekan rasio gini, memperkecil ketimpangan pendapatan antara masyarakat
desa dan kota.
Begitu
banyak mahasiswa (alumni) wirausaha dan tetap teguh dengan cita-cita
kewirausahaannya sebut saja. A.Hilmy Mutawakkil dan Ahmad Fauzy Ashari dengan
Gen Oil-nya, Arif Budino dan Faradila (kripik bayam Ospinachi), Rahmat
Al.Muarrif (Brownies Brocyl), Fakhruddin Mansyur (kaos Kareba Makassar), Fajar
Asaad (Lean Skill), Sudriman (Nonki), Zulfikri Alqowi (Pacco,com), Sidik Permana
(Upana studio), Fauziah Nurhidayah (Zian Bakery), Aktur Ryan Pratama (Jeka
Siomay).
Undang-undang
kewirausahaan nasional
Sebentar
lagi akan disahkan Undang-Undang tentang Kewirausahaan nasional tahun 2018, sebuah
payung hukum dalam mengembangkan kewirausahaan bagi negara ini. Peran perguruan
tinggi diharapkan mampu menciptakan pendidikan kewirausahaan dan penyediaan
ekosistem kewirausahaan itu sendiri.
Perguruan
tinggi harus mampu mendesain kurikulum kewirausahaan yang aplikatif bukan hanya
teoritis. Menyediakan program kewirausahaan terpadu dan fasilitas infrastruktur
seperti inkubator bisnis (kewirausahaan).
Dalam
memaknai hari pendidikan nasional ini, sudah waktunya Perguruan Tinggi menjadikan
kewirausahaan merupakan suatu prioritas dalam rencana strategisnya.
A.M.Nur
Bau Massepe
Dosen
Pemasaran FEB Universitas Hasanuddin
Dimuat di Harian Fajar, Edisi 11 Mei 2018