Fenomena
bisnis yang menarik belakangan ini ialah kehadiran bisnis layanan tranportasi
pengantaran (ojek) berbasis smartpone.
Sejak diluncurkan aplikasi jasa deliveri ala PT Go Jek Indonesia pada awal
tahun 2015, perusahaan ini pun mendapat perhatian khusus dari masyarakat. Selain
pemberitaan sisi positif dimana membuka lapangan kerja baru juga ada
pemberitaan negatif yakni banyaknya kasus pengroyokan yang dialami oleh tukang
ojek versi gojek oleh kelompok tukang ojek tradisional. Para tukang ojek
tradisional merasa terancam karena merasa tukang ojek versi Gojek telah merebut
pasar potensial mereka. Sehingga hal ini menjadi gejolak sosial dimasyarakat.
Siapa
sebenarnya dibalik pembuat aplikasi Gojek tersebut.? Dia adalah anak muda bernama
Nadiem Makarim seorang anak muda yang berdomilisi di Jakarta. Dia membangun bisnis
yang dikategorikan start up berbasis
Teknologi Informasi/aplikasi. Lulusan dari International
Relations di Brown University, AS dan Magister
pada Harvard Business School ini lebih memilih membangun bisnisnya
sendiri lewat bendera PT Gojek Indonesia dengan meninggalkan pekerjaanya di
sebuah perusahaan konsultan dan riset internasional yakni Mc Kinsey.
Ide
bisnis sangat sederhana dan buka hal yang baru. Ia
hanya membuat satu aplikasi yang mudah
digunakan yang membuat tukang ojek terkoneksi dengan seluruh penumpang yang
membutuhkan jasanya. Dengan mengunduh aplikasi Gojek di Appstore pada smartphone (berbasis
android) si pengguna dapat menggunakan layanan jasa tranportasi (ojek), pesan
antar (makanan/minuman) dan layanan kurir (antar barang). Dengan aplikasi inipula
pengguna juga dapat mengetahui kisaran
tarif yang harus dibayar, dan bisa melacak keberadaan objek yang dipesan
ataupun menghubunginya langsung via ponsel/SMS. Pembayarannya pun dapat
dilakukan secara non-tunai, yaitu lewat sistem kredit yang bisa di-top-up lewat aplikas yang dikembangkan.
Apa
yang dilakukan oleh pendiri Gojek merupakan pelajaran tentang kasus bisnis bagaimana
Teknologi Informasi menambah inovasi suatu model bisnis. Bagaimana bisnis yang “ecek-ecek”
tapi disentuh oleh pengetahuan menciptakan
nilai inovasi dengan pemanfaatan teknologi mengubah model bisnis ojek tradisional
menjadi lebih bernilai. Aplikasi
berbasis mobile menjadikan model
bisnis ini segera berkembang pesat dan memberi keuntungan tidak hanya
perusahaan tetapi juga masyarakat pengguna bisnis ini. Selain itu bisnis ini
juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi banyak orang.
Gojek
melakukan apa yang dinamakan dengan inovasi distruptif. Inovasi disruptif (disruptive innovation) dapat dipahami
sebagai inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak
pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu
tersebut yang sudah diterima pasar sebelumnya. Prinsip dari Inovasi disruptif
mengembangkan suatu produk atau layanan dengan cara yang tak diduga pasar,
umumnya dengan menciptakan jenis konsumen berbeda pada pasar yang baru dan
menurunkan harga pada pasar yang lama.
Istilah
disruptive innovation dicetuskan pertama kali oleh Clayton M. Christensen dan
Joseph Bower pada artikel "Disruptive
Technologies: Catching the Wave" di jurnal Harvard Business Review
(1995). Kemudian Professor Christensen pun membuat buku dengan judul "The
Innovator's Dilemma", Christensen memperkenalkan model Disruptive Inovasi
(The Disruptive Innovation Model).
Gojek
mempertemukan antara pengguna jasa ojek dan para tukang ojek. Dulu model bisnis
tukang ojek tradisional hanya mangkal di titik tertentu yang diduga
menguntungkan. Beruntung bila satu hari mereka dapat penumpang 4-5 orang per
hari. Adanya handpone membantu mereka
dihubungi oleh pelanggan lama mereka. Itupun juga belum tentu menghasilkan
pendapatan diatas 3 juta rupiah.
Model
bisnis Gojek yang disempurnakan dengan aplikasi TI secara mobile dan real time yang
mana para tukang ojek dapat dengan mudah menemukan pengguna ojek disekitarnya.
Begitu juga sebaliknya pengguna tidak perlu mencari-cari atau berjalan ke
pangkalan ojek terdekat untuk menggunakan jasa ojek. Selain itu para tukang
ojek pun dapat mengembangkan jasanya tidak hanya untuk antar jemput penumpang,
mereka pun dapat tambahan pendapatan dari jasa kurir (antar barang) dan pesan
makanan dan minuman atau barang belanjaan bagi konsumen yang membutuhkan. Sehingga
tidak heran pendapatan para tukang ojek ini pun bertambah rata-rata 5-6 juta
rupiah, malah bila rajin para tukang ojek itu bisa menembus penghasilan hingga
10 juta rupiah dan mendapatkan tambahan penghasilan lainnya dari perusahaan Gojek.
Apa
yang dilakukan Gojek adalah suatu bentuk inovasi bisnis. Kekuatannya adalah
bagaimana memotong masa tunggu bagi pihak pengguna ojek dan penyedia jasa ojek.
Aplikasi yang di buat real time sehingga
mampu mempertemukan dengan segera (secepatnya) pengguna dan penyedia jasa ojek.
Karena masa tunggu dapat dipersingkat didukung aplikasi yang user friendly sehingga mampu
mengumpulkan ribuan order transaksi perhari. Gojek pun memungut fee dari jasa tersebut. Proses bisnis
yang efisien ini sehingga mampu meningkatkan produktifitas dan pendapatan para tukang ojek versi Gojek yang tidak
dimiliki bisnis jasa ojek tradisional. Selain itu Gojek pun melakukan penetrasi
harga yang jauh lebih murah dibanding jasa yang ditawarkan.
Kita
nanti kan inovasi-inovasi bisnis berikutnya oleh anak muda kita yang tidak
hanya berpikir bisnis untuk keuntungan yang sempit, tetapi juga berpikir
bagaimana dengan bisnis yang mereka ciptakan memberi manfaat bagi masyarakat
sekitar dan meningkatkan kesejateraan mereka.
A.M.Nur Bau Massepe
Lecture, Research & Consulting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar