Minggu, Desember 23, 2012

Strategi Akuisisi Dan Rekstrukturisasi: Suatu Penilaian Terhadap New Market Entry


A.   Pendahuluan:

Pembahasan masalah akuisisi dan aliansi dari tahun ketahun makin menjadi tren bisnis. Hal yang ditekankan dalam jurnal penelitian ini berkaitan dengan chapter yang dibahas adalah perlunya memperhatikan unsur pengetahuan (knowledge based) bagi perusahaan yang akan mengakuisisi maupun yang akan diakusisi. Perangkat pengetahuan itu secara nyata melekat pada perusahaan (khususnya perusahaan yang akan diakuisisi). Dalam jurnal yang dibahas sedikit lebih maju, menyadari adanya seperangkat pengetahuan knowledge intensity  (merupakan gabungan dari pengetahuan modal manusia terhadap lingkungannya) khususnya ,mengenal karakteristik pasar yang ada. Perusahaan yang mengakuisisi akan memperoleh keuntungan terhadap perusahaan yang diakusisinya yaitu seperangkat pengetahuan tentang pasar (khususnya keberadaan pasar yang baru). Menurut penulis (walaupuan dalam jurnal ini sendiri tidak menyebutkan tentang knowledeg management); Ini sejalan dengan konsep knowledge management (manajemen berbasis pengetahuan) yang kini menjadi paradigma baru dalam bidang manajemen. Dimana pengelolaan pengetahuan dalam organisasi telah menjadi perhatian utama bagi manajemen dalam meningkatkan daya saing. Bahwa keunggulan perusahaan tidak lagi selamanya berbasis sumber daya finansial, bangunan, tanah, teknologi, posisi pasar dan asset-asset tangibel lainnya, tetapi faktor penting adalah intangible dalam hal ini adalah asset pengetahuan. Konsep knowledge management merupakan seperankat konsep dimana mengatur tentang bagaimana mengelola aset intelektual dan informasi lainnya sehingga mampu memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan.


B.   LATAR BELAKANG

Pada pembahasan makalah ini mengacu pada sebuah jurnal yang berjudul Judul Jurnal: “Assessing knowledge through Acquition and Alliances an Empirical Examination of New Market Entry” Journal of Management Issues, Vol XX Number 1 spring 2008 51-67 Pengarang: Annette L.Ranft (Assistance Professor of Management Florida State University) dan Sarah J Marsh (Associate Professor and Chair of Management dari Northen Illionois Univerisity)

Init dari penelitian ini adalah menyoroti kasus-kasus akuisisi dan aliansi yang dimulai  awal tahun 1990an menjadi aktivitas yang sangat tinggi kejadiannya sampai saat ini. Motivasi utama dilakukannya akuisisi dan aliansi adalah kebutuhan untuk mengakses pengetahuan yang menjadi resep utama dalam berkompetisi dan pertumbuhan bisnis. (Grant and Banden-Fuller 2004, Ranft and Lord, 2002, Simonin 1999).

Dua perusahaan yang bergerak dibidang teknologi dan informasi yakni Microsoft dan Cisco merupakan contoh perusahaan yang sangat giat melakukakan kedua aktifitas tersebut dengan maksud mempercepat pengembangan produk baru dan penguasaan pasar.

Dalam jurnal ini membahas suatu studi perbadingan secara langsung akuisisi dan aliansi jika sebuah perusahaan memasuki pasar yang sangat beragam derajat knowledge-intensity (pengetahuan yang berintensitas).  Studi ini menyelidiki (1) bagiamana tingkat knowledge-based  dan keahlian yang menjadi syarat untuk sebuah pasar baru yang mempengaruhi peramalam pasar atas kinerja perusahaan. (2) kinerja relative dari akuisisi dan aliansi yang berarti memasuki pasar dengan berbagai ragam kondisi dari knowledge-intensity. Suatu pasar baru menggambarkan suatu area yang terbuka luas untuk mengembangkan studi terhadap sumber-sumber knowledge-based, ketika suatu perusahaan memasuki pasar baru peranan knowledge-based sangat signifikan berpengaruh dalam terhadap itu.(Marsh and Ranft 1999).

 
Konsep dasar

Knowledge-based (basis pengetahuan) telah bertumbuh seiring munculnya padangan resources based (basis sumber daya) yang diperkuat dengan sebuah pemikiran bahwa sumber daya dari suatu perusahaan tidak hanya terdiri dari modal fisik dan keuangan saja, tetapi juga modal sumber daya manusia dan pengetahuan ini dikembangkan oleh  (penroses tahun 1959).

Kemudian ditahun awal 1990-an mulai banyak peneliti dan ahli manajemen intens memunculkan paradigma knowledge-based, yang intinya mereka menyadari peranan pengetahuan (knowledge) dalam sebuah manajemen perusahaan.

Knowledge-based dipahami sebagai sebuah kumpulan pengetahun yang dimiliki perusahaan  yang bersifat tacit knowledge (pengetahuan yang tersembunyi, yang tidak disadari oleh si pemilik-penulis) dikemukan oleh Chowdhury, 2005, nonaka 1994, winter 1985. Sifatnya sebaga pengetahun tacit maka sangat sulit untuk di jelaskan dan kemukakan dengan tersurat hanya tersirat. Sifatnya juga susah di transfer karena berkembang melalui pengalaman.

Hal penting lainnya adalah setiap pasar memiliki beragam intensitas akan pengetahuan (yang berbeda-beda). Setiap level pada pasar yang berbeda memiliki karakteristik dan tantangan yang berbeda-beda yang dihadapi oleh perusahaan. Manajer harus memahami hambatan/gangguan pada pasar baru yang berdasarkan struktur sosial, sumber-sumber knowledeg based nya. Pengetahuan yang sifatnya tacit dnilai sangat sukar untuk ditransfer. (Coff, 1999, 2002,Inkpen and Dinur 1998, Simonin 1999).

Pada integrasi pasar baru (new market) mempersyaratkan sumber-sumber daya yang berbasis pengetahuan, kemampuan manajemen yang akan memciptakan suatu nilai baru yang mengintegrasikan antara asset fisik dan sumber-sumber daya knowledge based (basis pengetahuan).

o  Dalam jurnal ini dipaparkan bahwa akusisi umumnya memberi keuntungan yaitu; kemudahan akses pasar, kepemilikan penuh terhadap perusahaan yang diakuisisi, asset pengetahuan dan kapabilitas yang akan siap dikembangkan lebih lanjut

o  Segala sumber daya yang ditransfer itu akan dimiliki secara penuh dalam suatu hak kepemilikan yang memiliki kekuatan hukum, baik terhadap sumber-sumber daya yang sifatnya fisik, pengetahuan dan dokumen riset.

o  Asset pengetahuan kita telah ketahui bahwa telah terintegrasi dalam suatu struktur sosial pada perusahaan setelah berlangsung akusisi akan berintegrasi secara signifikan dengan identitas perusahaan yang mengakusisi, independent dan struktur  perusahaan pun berubah kepemilikan.

o  Memasuki pasar baru pada suatu kondisi geografis tertentu tentu membutuhkan persyaratan akan pemahaman costumer yang spesifik, karakteristik channel, pemahaman tentang riset dan pengembangan, teknologi, karakteristik pasar, karakteristik permintaan pasar (jumlah permintaan), dengan strategi akusisi dan aliansi akan memberi akses terhadap semua itu seperti di-”cangkok”-kan terhadap suatu perusahaan.


Dasar pemikiran dari riset ini adalah;

o  Bagaimana tingkat knowledeg based (sumber daya basis pengetahuan) dan keahlian yang menjadi prasyarat dalam memasuki suatu pasar baru mempengaruhi kinerja perusahaan. Sehingga dikembangkan suatu pertanyaan hipotesis sebagai berikut: kinerja perushaaan setelah memasuki suatu pasar yang baru akan memiliki kurva linear (U-Shaped) yang menghubungkan antara knowledge-intensity dari sebuah pasar baru yang kinerjanya diekpektsikan lebih tinggi pada tinggi dan rendahnya knowledge intensity pada sebuah pasar.

o  Hipotesis selanjutnya adalah (h2): kinerja setelah perusahaan memasuki pasar baru melalui strategi aliansi akan lebih baik dari pada stratgei akuisisi. H2a; Knowledge intensity yang lebih tinggi dalam suatu pasar baru, akan lebih baik kinerjanya pada perusahaan yang memasuki pasar melalui aliansi daripada akuisisi.


Metodologi penelitian;

Metodologi yang digunakan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi-publikasi ilmiah yang terbit di daerah US. Metode ini menggunakan analisa 200 press realese, 250 laporan tahunan perusahaan, 600 publikasi industri yang diperoleh dari Lexus data base. Pencarian ini menggunakan keyword; new market, diversification, acquitition, alliance, join veture yang menghasilkan 361 entry dalam publikasi di US.

Kemudian sample dikategorikan juga dengan melihat rata-rata penjualannya pertahun yang terdiri $3,206, pertengahan $ 308 million, dan terendah $673,000 - $ 100 billion.

o  Independent variable: adalah knowledge intensity of new market

o  Dependent variable: market prediction of firm performance

o  Control variable” prior variable, knowledge relatedness, new market growth rate

Hasil kesimpulan dari penelitian

Hasil dari penelitian ini dengan menggunakan alat analisasi one ya ANOVA secara normative ada kesatuan asumsi antara dependent variable. Dimana ditemukan signifikan si antara strategi aliansi dan akuisisi ( F=5.305, p<.05)  yang mengindikasikan bahwa suatu ekspektasi pasar akan lebih tinggi terhadap kinerja strategi aliansi dari pada stratgei akuisisi walaupun keduanya memberi pengembalian (returns) yang positif.

Kesimpulan yang dapat di garis bawahi bahwa strategi aliansi lebih memiliki konstribusi yang lebih dari pada akuisisi terhadap pengetahuan (knowledge-based) terhadap suatu pasar baru (entry a new market).

C.   Pembahasan

Beberapa pemikiran terhadap penelitian mengenai masalah strategi akusisi dan aliansi diajabrkan dibawah ini berdasarkan kerangkan teori dari buku acuan Hitt, Iriealn dan Hoskisson, ”Startegic Management” Thomson, USA, 2005

Hitt dkk, menyakan terdapat beberapa alasan perusahaan menjalankan strategi akuisisi dan melakukan akusisi terpilih, diantaranya adalah mencapai keunggulan bersaing melalui kekuatan pasar yang lebih besar, mengatasi hambatan masuk dan mempercepat proses masuk pasar. Alasan lain yang termasuk untuk menghindari biaya yang cukup berarti yang berkaitan dengan pengembangan produk baru, menghindari resiko dari pengembangan produk baru, mencapai diversifikasi dan akhirnya menghindari persaingan.

Meningkatkan kekuatan pasar:

Setiap pengusaha menginginkan perusahaannya memiliki kekuatan pasar yang lebih besar. Banyak perusahaan besar memiliki kompetensi inti tetapi tidak cukup besar mendaya  gunakan sumber daya dan kapabilitasnya. Kekuatan pasar biasanya dihasilkan dari ukuran perushaaan dan sumber daya serta kapabilitas perusahaan untuk bersaing dipasar melalui pangsa pasarnya. Dari kasus akuisisi tidak jarang terjadi pembelian dari sebuah perusahaan dengan perusahaan pesaingnya pada industri yang sama.

Akusisi terhadap perusahaan pesaing dinamakan dengan akusisi horizontal (horizontal acquitition), sedangkan akuisisi terhadap perusahaan dalam industri terkait disebut akuisisi terkait (related acquisition)
 

Membuat hambatan masuk;

Perusahaan yang kuat dan besar biasanya melakukan akuisisi dengan maksud untuk menghalangi atau mempersulit suatu perusahaan untuk masuk pada kategori produk tersebut dalam suatu industri. Perusahaan baru atau perusahaan yang membuat produk baru akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan usaha dan membuat mereka membutuhkan alokasi dana yang besar bila memasuki celah pasar tersebut.

Sistem distribusi juga sangat berpengaruh bila hendak memasuki suatu pasar baru, dibutuhkan distirbusi channel yang efisien dan efektif, fasilitas barik dan iklan yang besar untuk menghasilkan penjualan yang cukup supaya perusahaan dapat mencapai skala ekonomis dan menawarkan harga yang bersaing bagi konsumen.

Akuisisi membutuhkan biaya yan besar, namum perusahaan yang mengakuisisi perusahaan yang telah beroperasi bisa langsung segera mendapatkan akses pasar dan melakukan hal serupa dengan produk yang mungkin memiliki basis pelanggan yang setia. Dalam kenyataannya, semakin tinggi hambatan masuk,semakin besar kemungkinan akuisis akan dilakukan untuk memasuki suatu pasar.

 

Biaya dan kecepatan;

Usaha pengembangan produk baru secara internal cukup mahal dan membutuhkan waktu yang panjang untuk memajukanproduk dan menghasilkan pengembalia investasi yang menguntungkan. Pengembangan usaha baru, misalnya membutuhkan rata-rata delapan tahun untuk bisa menghasilkan laba dan 12 tahun untuk menghasilkan arus kas yang cukup. Suatu riset pernah membuktikan bahwa hamper 88 persen inovasi gagal mencapai pengembalian atas investasi. Selanjutnya, kira-kira 600 persen dari inovasi bisa ditiru secara efektif dalam empat tahun setelah hak paten di peroleh. Karena itu pengembangan usaha secara internal sering diasakan para manajer sebagai suatu yang berisiko tinggi. Masalahnya adalah dibutuhkan biaya pengembangan dan peluncuran produk baru kepasar yang signifikan.
Dengan kebijakan mengakusisi suatu perusahaan yang mapan, meskipun kadang lebih mahal, adalah tidak terlalu beresiko Karena terdapat data histories mengenai kinerja perusahaan yang bisa dipergunakan untuk mengevaluasi kepentingan.
Keuntungan akuisisi adalah menawarkan akses cepat kedalam pasar dengan basis volume penjualan dan pelanggan yang nyata

Resiko

Resiko disini mengandung arti bahwa dengan strategi akuisisi usaha baru yangcdikembangkan secara internal memiliki resiko yang tinggi. Dilain pihak akuisisi memberi pengalaman bahwa keuntungan dapat diprediksi dan diestimasi secara akurat. Karena perusahaan yang diakusisi memiliki data histories yang dapat dianilisa, terutama tentang peramalan pendapatan, dan beban biaya yang akan ditanggung. Untuk produk yang baru data histories tentu saja tidak ada.

Mengembangkan Diversifikasi

Perusahaan yang kuat modal salah satu usaha untuk melakukan diversifikasi usaha (mendirikan suatu unit bisnis baru yang berbeda kategori produk yang mungkin berbeda industri-penulis red) dengan cara akuisisi. Sebuah perusahaan mungkin menemukan bahwa lebih mudah mengembangkan produk baru dan usaha baru dalam pasar yang ada karena manajernya lebih memahami produk dan pasar. Begitu juga sebaliknya perusahaan sering mengembangkan produk baru yang berbeda dari produk yang telah ada dan memasuki pasar baru karena manajernya kurang memahami pasar tersebut. Sehingga akusisi menjadi hal yang lumrah bagi perusahaan untuk mengembangkan produk dan usaha baru nya.

Menghindari persaingan

Di negara-negara yang industrinya telah maju terutama di Amerika Serikat, menggunakan strategi akuisisi untuk pasar, baik yang ada hubungannya atau tidak dalam rangka mengurnagi ketergantungan terhadap pasar yang memiliki persaingan tajam, biasanya terhadap perusahaan asing (foreign company).


Beberapa permasalahan dalam akuisisi

Hitt dkk menguraikan ada beberapa permasalahan yang timbul dalam strategi akuisisi ini, antara lain; tingginya nilai beli perusahaan yang hendak diakusisi, kesalahan perkiraan (penilaian) mengenai kapabilitas dan stategis, tingginya biaya pelaksanan akuisisi, dan sulitnya mengintegrasikan perusahaan yang diakusisi. Hal –hal tersebut akan diuraikan dibawah ini,

Integrasi;

Perusahaan yang mengakusisi dan yang diakusisi menimbulkan masalah terhadap proses integrasi tersebut. Hal utama dalah bagaimana mempertemukan dua budaya perusahaan yang berbeda, menghubungkan sistem keuangan dan pengendalian yang berbeda, membangun hubunga kerja yang efektif (bila gaya manajemen yang berbeda), memecahkan masalah yang berkaitan dengan perbedaan status eksekutif perusahaan yang diakusisi.

Harga beli yang tinggi (overpayment)

Perusahaan bisa saja membayar nilai akuisisi yang terlalu tinggi terhadap perusahaan yang disasar.  Apabila perusahaan tidak menganalisa perusahaan sasaran secara menyeluruh dan tindak mengembangkan pengetahuan yang cukup mengenai nilai pasarnya, perusahaan akan mengeluarkan modal yang besar.   Pemegang saham diperusahaan yang hendak diakusisi biasanya menawarkan harga sahamnya dengan harga premi yang lebih tinggi diatas harga saham yang berlaku (biasanya 40-60 persen)

Biaya akuisisi;

Pada awal tahun 1980-an di Amerika banyak terjadi akusisi perusahaan yang dibiayai dengan utang, yang dikenal dengan junk bonds. Ini merupakan jenis pembiayaan baru dimana aksisi yang beresiko dibaiaya dengan utang (hutang) yang memberikan pengembalian yang tinggi kepada peminjam (pemegang obligasi). Tingkat bunga junk bond berkisar antara 18-20 persen karena tanpa jaminan karena itu sangatlah beresiko.Tujuan dari hutang ini sebenarnya untuk menciptakan disiplin manajerial yang positif, sehingga memiliki pertimbangan leverage dalam akusisi besar. Terkadang biaya utang yang besar menjadikan biaya akusisi menjadi besar pula akibat factor-faktor eksternal yang seperti tingkat suku bunga.


Kesalahan menilai strategi
Kesalahan menilai strategi atau manfaat strategi terjadi dalam meraih keunggulan bersaing yang berkelanjutan dari akusisi. Pengetahuan yang cukup terhadap sinergi khusus (private synergy) dan keunggulan utama penggabungan yang tidak bisa ditiru pesaing. Sinergi khusus merujuk pada pemberian manfaat atas pengabungan perusahaan yang mengakuisisi dan diakusisi terhadap sumber daya dan kapabilitas yang masing-masing dimiliki sehingga menjadi suatu kekuatan yang tidak dimiliki oleh perusahaan yang lain. Kesalahan hal ini akan menjadikan perusahaan yang mengakusisi tidak akan mendapatkan pengembalian yang memadai.


Akusisi yang efektif

 

Lalu pertanyaannya bagaimanakah akusisi yang efektif itu? Hitt melakukan penelitian pada tahun 1993[1], bahwa perusahaan yang berhasil dalam mengakusisi selalu melakukan seleksi hati-hati terhadap calon perusahaan yang hendak diakusisi.dan mempertimbangkan negoisisai yang ada. Seleksi awal biasanya berbentuk hubungan kerja sama berupa usaha patungan atau aliansi startegi. Sifat usaha kausisi yang harus diperhatikan adalah perusahaan mempertahankan posisi hutang yang rendah atau wajar khususnya dalam membiaya akusisi. Hutang yang besar digunakan untuk membiaya akuisisi, hutang tersebut sebaiknya dikurang secara cepat dengan cara menjual asset perusahaan yang diakusisi. Asset yang dijual tersebut adalah asset yang dinilai tidak komplemen dengan bisnis perusahaan, atau tidak berkinerja baik.

Mengakusisi perusahaan harusnya yang memiliki komplementer bagi perusahaan yang mengakusisi. Ketika terjadi integrasi perusahaan akan terjadi sinergio dan kapabilitas yang positif. Sumber daya yang unik dari akusisi adalah hal yang positif untuk mendukung daya saing yang strategis perusahaan terhadap industrinya.

Perusahaan yang sukses dalam mengakusisi mampu menekankan inovasi dan meneruskan investasi penelitian dan pengembangan produk sebagai bagian dari stretegi keseluruhan. Komitmen manajemen untuk inovasi harus kuat dan tinggi.

Hal lain adalah kemampuan untuk beradaptasi dan fleksibilitas yang tinggi harus dimiliki perusahaan masing-masing. Pengalaman akan manajemen perubahan (change management) merupakan suatu syarat yang mutlak. Kemampuan adaptasi akan membantu perusahaan untuk lebih cepat, lebih efisien, dan lebih efektif dalam proses akusisi yang berlangsung untukmenghasilan sinergi yang positif.

 

Beberapa catatan tambahan:

o  Sudah saatnya mempertimbangkan faktor pengetahuan (knowledge-based) dalam sebuah proses akuisis dan aliansi, dalam jurnal yang dibahas menyatakan bahwa pengetahuan (knowledge based) sudah terintegrasi dalam sebuah perusahaan yang memiliki tacit knowledge (karena perusahaan yang diakuisisi jelas telah memiliki basis pengetahuan baik itu dari sisi operasional maupun pengetahuan akan pasar).

o  Faktor pengetahuan (knowledge based) maka perlu semacam metode assesment yang menjadi patokan bagi sebuah perusahaan yang hendak mengakuisisi sebua perusahaan. Metode assesment ini kiranya mampu menilai ”Nilai” faktor-faktor knowledge-based yang dimiliki suatu perusahaan yang hendak diakusisi, khususnya mengenai masalah keahlian yang dimiliki oleh manajer seniornya, pengetahuan pasar yang hendak dimasuki, prediksi (peramalan) akan pasar kedepannya, dan juga untuk mencapai suatu tujuan strategik.

            Contoh kasus: misalnya pembelian Lotus oleh perusahaan raksasa IBM pada tahun 1995 dimana perusahaan IBM harus membanya perusahaan Lotus sebesar $3,5 milyar, padahal pada saat itu pendapatan lotus empat belas kali lipat. Pembanyaran IBM kepada Lotus tersbut bukan karena ingin mengganti pendapatan lotus tersebut. IBM melakukan akusisi karena Lotus memiliki pengetahuan yang unik mengenai Notes dan berbagai kalborasi aplikasi piranti luanknya. Penemuan notes lebih bernilai dari pada piranti lunak itu sendiri, dimana Lotus mampu memiliki kemampuan melahirkan generai berikutnya terkait dengan teknologi komunikasi dan informasi-sharing software. Lotus memiliki keterampilan, pengalaman dan kreatifitas yang IBM butuhkan untuk menerapkan pengetahuannya kedunia baru kolaborasi piranti lunak. IBM percaya bahwa kemampuan Lotus dengan pengetahuaannya lebih bernilai daripada semata-mata nilai keuangan yang diperhatikan

o  Ada konsep dalam manajemen yaitu knowledge management (manajemen pengetahuan) yang dimana dapat dipahami sebagai suatu strategi yang mengubah aset intelektual organisasi, baik informasi yang sudah terekan mapun bakat dari para anggotanya kedalam produktivitas yang lebi tinggi, nila-nilai baru, dan peningkatan daya saing. Selain itu ada juga yang mendefinisikan manajemen pengatahuan (Davids dan Voss 2002 dalam sangkala 2007)  sebagai suatu kesatuan sistem yang memungkinkan perushaaan menyerap pengetahuan, pengalaman, dan kreatifitas para stafnya untuk perbaikan kinerja perusahaan.

 

o  Kritik terhadap metodologi penelitian yang dilakukan oleh periset dengan menggunakan data sekunder, dalam hal ini mengunakan data publikasi baik online maupun online. Walaupun dibenarkan namun penulis merasa penelitian tersebut memiiki kelemahan, karena mengandalkan data publikasi yang bisa saja memiiki kekuran validitas.  Tentu dengan melakukan metode kuesioner secara langsung walalupun itu membutuhkan biaya yang lebih besar tetapi tentu akan memberi signifikansi data yang lebih terpercaya dan akurat.

 
 

Bahan Referensi

1.       Michael A.Hitt, R.Duane Ireland, Robert E Hoskisson, ” Strategic Managemen”, Thomson, USA, 2005.

2.       M.A.Hitt, JS.Harriosn, R.D.Ireland dan A.Best 1993, “ lifting the vellof success in merger and acquititons”. Chicago. USA

3.       Annette L.Ranft, Sarah J.Marsh, ” Accessing Knowledge throught acquisition and alliances: An Emperical examination of New Market entry”, Journal of Managerial Issues, Vol XX Number 1 Spring 2008 p.51-67. ABI/INFORM Global.

4.       Sangkala, “Knowledge Management”, PT.RajaGrafindo Perkasa, Jakarta, 2007.



 

Tidak ada komentar: