Sabtu, Desember 25, 2004

B O P S Y

B O P S Y


Bopsy adalah seorang anak laki-laki yang cerdas berumur
tujuh tahun dan tinggal di Los Angeles. Sebagai seorang anak
tunggal, Bopsy tergolong anak yang cerdas dan suka menolong teman-
temannya. Dia mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang petugas
pemadam kebakaran, karena menurutnya pekerjaan tersebut sangat
menantang dan mulia. Namun nasib baik tampaknya kurang berpihak
kepada Bopsy. Suatu hari Bopsy pingsan ketika berada di sekolah.
Dari pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, nampaknya Bopsy
menderita suatu kanker ganas di kepalanya, dan usianya diperkirakan
hanya dapat bertahan dua bulan lagi.

Sang ibu, tidak dapat menahan kesedihannya dan menangis
tersedu-sedu mendengar vonis dokter tersebut. Kemudian sambil
terisak, ibu tersebut mendekati Bopsy dan bertanya,"Anakku, jikalau
dapat, ibu ingin memberikan seluruh hidupku sebagai pengganti
kehidupanmu. Rasanya tidak adil bahwa kamu hanya dapat mengecap
sesaat kehidupan yang indah ini. Apakah yang dapat ibu perbuat
anakku, sehingga dirimu dapat merasakan kebahagiaan yang
sesungguhnya, walau waktumu hanya dua bulan ?". "Ibu", jawab
Bopsy, "Ibu sudah tahu bahwa sejak dulu aku ingin sekali menjadi
seorang petugas pemadam kebakaran. Bolehkah aku mulai bekerja
sekarang ?" pinta Bopsy dengan penuh harap. "Tentu anakku, tentu
saja. Kau dapat bekerja mulai besok". Kebetulan sang ibu mempunyai
seorang teman baik yang bekerja sebagai komandan pemadam kebakaran
di Los Angeles. Sang ibu mengemukakan apa yang terjadi pada Bopsy,
dan Fred, komandan pemadam itu merasa tersentuh hatinya. Dia setuju
bila Bopsy dapat membantu tugasnya secepatnya.

Keesokan harinya adalah hari yang paling membanggakan bagi
Bopsy. Sepulang dari sekolah, secepatnya dia berlari kerumah, makan
siang, kemudian berlari cepat-cepat dengan seragam pemadam yang
dibanggakannya itu ke markasnya yang baru di ujung jalan tersebut.
Bopsy mulai berlatih sama seperti rekan-2 lainnya yang sudah dewasa,
berlari, memanjat, dan aktivitas-2 lainnya. Dalam satu bulan setelah
Bopsy bergabung, dia sudah tiga kali ikut dengan rekan-2nya untuk
memadamkan kebakaran. Dan Bopsy melakukan itu semua dengan penuh
semangat dan motivasi yang luar biasa. Semua rekan-2nya yang lain
merasa kagum dan tersentuh hatinya dengan apa yang dilakukan Bopsy,
karena mereka tahu bahwa rekan kecil mereka tidak lama lagi akan
meninggalkan mereka. Hanya satu hal yang masih mengganjal di hati
Bopsy, bahwa karena keterbatasan tubuhnya yang masih kecil, setiap
kali bertugas di lokasi kebakaran, Bopsy hanya bertugas untuk
mengatur selang-2 air saja. Bopsy tidak puas dengan hal itu, karena
menurutnya petugas pemadam kebakaran yang sejati adalah kalau mereka
sudah berhasil menyelamatkan seorang korban dari lantai atas gedung
dan membawanya turun dengan selamat.

Dan hari terakhir itupun tibalah. Bopsy terbaring lemah di
tempat tidur di rumah sakit di lantai tiga. Seluruh keluarga dan
rekan-2nya sesama petugas pemadam kebakaran telah hadir di samping
tempat tidurnya. Mereka menunggu detik-detik akhir kehidupan Bopsy
sambil meneteskan air mata. Sang ibu sambil tersedu bertanya kepada
Bopsy,"Anakku, masih adakah yang dapat ibu lakukan agar dirimu dapat
pergi dengan tenang ?" Bopsy, dengan lemah berkata,"Aku sudah
menjadi petugas pemadam kebakaran, tapi aku belum pernah satu
kalipun menyelamatkan seseorang. Aku belumlah menjadi seorang
petugas pemadam kebakaran yang sejati. Bisakah aku melakukan itu
sekarang, Mr. Fred ? "sambil bertanya matanya menatap sang komandan.
Fred, sang komandan menarik napas menahan haru lalu berkata "Baiklah
Bopsy, sekarang juga saya perintahkan kamu untuk membawa boneka
Teddymu untuk turun ke bawah". Kemudian Fred membuka jendela rumah
sakit di lantai tiga tersebut, dan memerintahkan rekan-2nya yang
berada di bawah untuk mengarahkan tangga mobil pemadam ke jendela
tersebut.

Bopsy, dengan sisa tenaga yang ada dan langkah yang gemetar
mulai berjalan menggendong boneka Teddynya dan berjalan ke jendela
tersebut. Dan dibawah sana, ratusan orang sudah berkumpul untuk
menyaksikan peristiwa yang luar biasa ini. Rupanya, berita mengenai
Bopsy telah menyebar hingga ke seluruh pelosok kota. Perlahan-lahan,
satu demi satu, Bopsy mulai menuruni tangga pemadam tersebut. Semua
orang bertepuk tangan dan mereka berteriak "Bopsy ….. Bopsy……Ayo,
kamu bisa !". Dan Bopsy terus turun langkah demi langkah.

Akhirnya sampailah juga Bopsy di bawah. Tenaganya benar-
benar telah habis begitu dia sampai di bawah. Ratusan orang yang
mengerumuninya semua bertepuk tangan sambil menangis, mereka terus
berteriak "Bopsy …. Bopsy…!". Dan Bopsy, dengan tersenyum,
berkata "Terima kasih ibu, terima kasih Mr. Fred, karena sudah
memberikan saya kesempatan untuk menjadi petugas pemadam kebakaran
yang sejati. Sekarang, ijinkan saya pergi". Dan Bopsy pun meninggal
dengan tenang dalam pelukan ibunya …………………............….


Diadaptasi dari DARE TO WIN
By Mark Victor Hansen & Jack Canfield
milis the accesia

Tidak ada komentar: